Rabu, 01 November 2017

H. SYARWANI NUNCI





KH. Syarwani Nunci, lahir di Alabio, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Sabtu, 3 Agustus 1940 (bertepatan dengan 28 Jumadil Akhir 1359 H). Berlatar belakang pendidikan Madrasah. Beliau berperan besar didalam pendirian dan pembangunan mesjid “al-Jihad” Banjarmasin, dan pernah menjadi  Ketua Ta’mir Mesjid “al-Jihad” Banjarmasin periode 2000 – 2005 dan 2005 – 2010.

Beliau pernah menjadi guru di SMP Muhammadiyah Kelurahan Cempaka. Sebelumnya, juga pernah mengikuti Pendidikan Ikatan Dinas di bidang teknik ke Yogyakarta, dan sepulang dari ikatan dinas beliau sempat ditugaskan di Kotabaru.

Jabatan yang pernah beliau duduki adalah sebagai Ketua Majelis Disdakmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah Banjarmasin peride 1995 – 2000. Dan sekarang mengisi kajian Islam di Mesjid “al-Jihad” Banjarmasin.

Diantara kalam beliau :

“al-khalwat, menyendiri. Didalam pembahasan ulama kontemporer (modern), al-khalwat ini sudah tidak diperbolehkan lagi. Kenapa ? karena al-khalwat ini hanya pada saat Nabi dulu di gua hira’, setelah itu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak lagi melakukannya. Tetapi, kalau al-khalwat ini secara fisik itu tidak diperbolehkan, namun secara ajaran al-khalwat ini boleh. Misalnya, al-khalwat ini kita berada di rumah lalu menyendiri di waktu sunyi, itu (yang seperti itu) boleh. Tetapi kalau khalwat yang dikatakan, dilakukan oleh kaum sufi, itu tidak diperkenankan lagi”.

“Dzikir kepada Allah adalah khairul ‘amal, sebaik-baik amal. Dan amal-amal yang paling baikadalah yang berkesinambungan, berkekalan walaupun sedikit. Dzikir kepada Allah adalah kiat untuk mencapai kebahagiaan, karena kalau kita mentadabburinya, “ ‘alaa bizikrillaahi tathma-innul quluub”, dzikir kepada Allah itu membuat hati kita tenteram”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar