KH. Abdul Halim lahir di Amuntai, Rabu, 11 September 1957 M (bertepatan dengan 15 shafar 1377 H). Pendidikan SD dan SMP di Amuntai yaitu SDN Kuripan (1971) kemudian melanjutkan ke Normal
Islam (1976). Selanjutnya mulai tahun 1977
meneruskan ke Al-Azhar Buust (1981) dan Universitas al-Azhar Cairo,
Mesir (1986). Pendidikan terakhir S-2 STIE Pancasetia Banjarmain (2013).
Karir
dimulai sebagai staff seksi Penais di Kandepag Kabupaten HSU. Tahun 1998
diangkat menjadi Kepala KUA Kecamatan Amuntai Tengah. Karir terus menanjak,
hingga pada tahun 2005 diangkat menjadi Kepala kantor Departemen Agama
Kabupaten Hulu Sungai Utara. Kepala Kandepag Kabupaten Balangan (2009) serta
menjadi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Selatan
(2010). Setelah itu diangkat menjadi Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an
Balitbang serta Diklat Kementerian Agama RI Jakarta (2014). Terakhir beliau menjabat sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama Kalimantan Tengah
(2015-).
Dan setelah pensiun beliau lebih aktif dalam berdakwah melalui beberapa
majelis taklim, dan juga dipercaya mengisi pengajian agama setiap Jum’at pagi
di Majelis Ta’lim “al-Ma’arif”
Amuntai.
Diantara kalam beliau:
“Ujar Allah
Subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya : Ku anfusakum wa ahlikum naara (jagalah
diri kamu dan keluargamu daripada api neraka). Kaya apa (seperti apa) menjaganya, dianjurkan “bi tarkil ma’ashi” yaitu dengan menjauhi berbuat maksiat lawan
Allah Subhanahu wa ta’ala, “wa fi’li
tha’at” yaitu dengan melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa ta’ala, dan
juga kita beri pendidikan akhlaq yang baik kepada anak-anak kita, dan diberikan
pendidikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepadanya”
“Sebelum kita memasuki liang kubur,
persiapkanlah pribadi kita masing-masing, (sebab) orang yang cerdas, orang yang
baik adalah orang yang mempersiapkan diri untuk hari kematiannya”
“ingat lawan api neraka, kaya apa
panasnya api neraka, kaya apa sakitnya (siksa) api neraka, ingat lawan itu
termasuk daripada jihad. Artinya apa ? (yaitu( kaya apa cara kita menghindari
api neraka, (yaitu dengan) perbuatan nang kada baik kita tinggalkan, perbuatan
nang baik kita tingkatkan sehingga kita terhindar dari api neraka”
“(Kadang kita ini memikirakan) : “Aku ini
(sudah) beribadah setiap hari, meminta lawan Allah Subhanahu wa ta’ala setiap
hari, kenapa kada dikabulakan ? Nah, amun ada nang kada dikabulkan itu antara 2
(dua), yaitu bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala itu masih katuju mandangar
do’a-do’a kita, masih ingin mandangar rintihan kita, masih ingin mandangar
suara merdu kita atau nang kita itu kada didangar oleh Allah Subhanahu wa
ta’ala mungkin ada beberapa masalah yang ada di dalam diri kita”
“Kita mendidik anak tu istilahnya bukan
handak menjadi orang pegawai, (tapi) nang penting anak kita tu bias menuntut
kepada ridha Allah Subhanahu wa ta’ala, melaksanakan perintah Allah Subhanahu
wa ta’ala, kada (tidak) menyakiti lawan (dengan) kita selama di
dunia. Ini, artinya, akhlaknya baik, sopan santunnya baik, nangini kaena
(nanti) apabila kita kembali (meninggal) bertemu di negeri akhierat dalam
keadaan menyenangkan hati”
“Apabila badapat (bertemu) lawan
siapakah, badapat lawan polisikah, badapat lawan kejaksaankah, amun kita kada
(tidak) bermasalah, kada takut. Tapi amun (jika) kita sudah ada masalah,
lalu hati kita ini merasa kada nyaman, merasa tertekan dan sebagainya. Nah,
kaya itu jua bila lawan Allah Subhanahu wa ta’ala, kita kada gaer, kita kadada
istilah takutan karena kita senantiasa menggawi kewajiban agama. Jadi nang
diperintahkan oleh Allah kita gawi, Insya Allah (jika) mati hari ini kita siap,
atau jika dipanjangkan umur, kita juga siap karena kita kadada beban”.
“Jangan sekali-kali kita membanggakan
dengan pemberian Allah Subhanahu wa ta’ala. Kenapa ? Karena menurut Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa salam bahwa siapa nang merasa hebat, merasa takabbur
maka kaena orang itu direndahkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Karenanya,
orang yang merendah maka Allah Subhanahu wa ta’ala akan meninggikannya pada
hari kiamat”.
“Amun bapadah kada wani lawan Allah
Ta’ala tetapi orangnya kada manggawi perintah Allah Ta’ala, itu ngarannya kada
takutan, itu pangaramput (pendusta), pendusta sampian. Orang nang kada wani
lawan Allah Ta’ala itu adalah orang nang melaksanakan perintah-Nya, menjauhi
larangan-Nya, itulah orang nang takutan.”
“Pendapat anak yang baik jangan kita
remehkan, jangan kita sepelekan, tetapi perlu kita beri penghargaan kepada mereka”
“Amun pian parak (dekat) tuan
guru. Nang mana amalan-amalan (yang) dipadahakan sidin, diamalkan, Insya
Allah sampian akan mendapat rahmat di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala. Seperti
pendapat Sufyan bin Uyainah : ‘inda dzikris shalihin tanzilur rahmah (ketika disebut
nama orang-orang shaleh, maka turun beberapa rahmat Allah), maksudnya kada sekedar kita menyebut
nama-nama waliyullah, tetapi, nangapa amalan-amalan nang kawa kita gawi,
dan dengan kita menggawi amalan yang dianjurkan sidin, lalu kita mendapat
anugerah rahmat dari Allah Subhanahu wa ta’ala”.
“Orang yang mengingkari al-Qur’an, jangankan istilahnya orang yang
sudah kafir, nang kita barataan ini, orang mukmin, tang tahu ada ajaran, ada
ilmu yang disampaikan bahwasanya al-Qur’an ini bukan dari Allah Subhanahu wa
ta’ala. Atau al-Qur’an ini adalah perbuatan manusia, ini yang diada-adakan
haja, kada datangnya daripada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam, berarti
orang ini termasuk sudah orang yang murtad”.
“Taqwa itu banyak bertaqarrub kepada Allah”
“(meskipun) bertahun-tahun melaksanakan ibadah tapi karena hendak
pamer, (atau) merasa lebih hebat, merasa lebih mantap daripada orang lain, maka
(orang itu) tidak ditulis daripada ahlil ibadah”
“Kita yakin azab api neraka ada, (lalu) kaya
apa kita mengatasinya, kaya apa kita menghindarinya ? Maka yang pertama
kuncinya (adalah) jangan meninggalkan perintah Allah dan berusaha menjauhi
larangan Allah. Ini adalah kunci yang paling utama untuk menghindari daripada
api neraka. Melaksanakan perintah nangkaya (seperti) sembahyang, nangkaya
puasa. Jangan seperti ayat “wa
la takuu nuu kalladzina nasuullaha fa’ansaahum anfusahum ulaika humul fasiquun”
(Qs. Al-Hasyr (59) :19). Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang
lupa kepada Allah, (seperti) kada ingat shalat, kada ingat dzikir, kada puasa,
kada membaca qur’an dan sebagainya. Maka Allah melupakan akan dirinya, maka
Allah akan melupakan kehormatan akan pribadinya. Maka orang itu keluar daripada
taatnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala”
“Amun kita (biasanya kita), pabila pina
kosong ingat lawan Allah, apabila pina nyaman ingat lawan Allah, makinnya kita
sakit rancak-rancak (sering-sering) ingat lawan Allah. Jangan sampai
kita tatkala diberikan kenikmatan-kenikmatan yang berenaka ragam, kita kada ingat
lawan Allah Subhanahu wa ta’ala”.
“Seperti bila kita pergi ke rumah bapak
bupati, tentulah oleh bapak bupati kita akan dilayai. Demikian pula, supaya
kita dihormati Allah SWT, maka jangan sampai kada (tidak) ingat tiap hari mailangi
(mendatangi) rumah Allah SWT, baik masjid atau langgar”
“Dengan taqwa innsyaa Allah terselamat diri
kita dari api neraka. Kemudian anak-anak kita bagaimana ? Kita selamatkan
anak-anak kita dari api neraka dengan tarbiyatul shalehah, dengan
pendidikan yang benar, pendidikan yang betul, pendidikan yang baik. Umur sudah
7 tahun kita didik anak kita supaya bisa sembahyang (shalat). Amun sudah 10
tahun kada (tidak) bisa sembahyang jua, maka kita pukul anak kita itu, (tapi)
jangan memukul dengan kayu babangkih, artinya memukl itu untuk
memberikan peringatan kepadanya bahwa meninggalkan shalat itu sangat berbahaya”
“Rasulullah Saw kadada (tidak ada)
menyuruh agar rumah kita itu dihiasi dengan gombang (guci, keramik,
dsb., pen), dihiasi dengan beraneka ragam barang antik, tidak ada. Tapi
Rasulullah saw menjelaskan kepada kita barataan (semuanya), Zayyinuu
buyuutakum bi shalah, hiasilah rumah-rumah kamu sekalian dengan shalat.
Bayangkan! “
“Sejelek-jelek orang kita (Islam) lebih baik
untuk menjaga (mengurusi) kemaslahatan kita”.
“Pemahaman ummat yang kuat dan taat terhadap ajaran agama merupakan
basis pertahanan yang penting dalam mengantisipasi masuknya berbagai aliran
atau pemahaman sesat terhadap agama itu sendiri”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar