Minggu, 09 Mei 2021

Ustadz ABDUSSALAM bin HUSNI

 


Ustadz Abdussalam bin Husni, lahir di Amuntai pada Senin, 15 Oktober 1973 (bertepatan dengan 18 Ramadhan 1393 H). Berlatar belakang pendidikan pondok Pesantren Darussalam Martapura.

Diantara kalam beliau:

“Setiap kita ini kadada nang kada badosa. Kalau menurut prinsip ulama sufi, bila seseorang itu lupa kepada Allah Ta’ala, maka yang sedemikian mereka anggap sudah masuk dalam kategori dosa. Berbeda dengan hemat ulama faqih (fuqaha). Jadi mun manuruti prinsip ulama sufi itu kita ini kada kahitungan lagi banyaknya dosa, karena banyak lipa lawan Allah Subhanahu wa ta’ala”.

“Sembahyang ini adalah suatu kebutuhan utama kita, selain daripada perintah-perintah yang lain dan yang mana kebaikan, manfaat, faedah, untungnya pun bukan gasan Allah tetapi gasan kita jua. Shalat itu memang suatu kepatutan dan kewajiban yang kita kerjakan karena kita ini selama hidup menikmati fasilitas daripada Allah ta’ala. Menikmati terus seperti hinak (nafas). Alhamdulillah kada mandak-mandaknya kita bahinak. Belum lagi nikmat mata tarang panjanak, telinga jelas mendengar, makan minum ada ja rasanya, dan lain-lain.

“Didalam hadits Nabi ada menjelaskan : siapa-siapa yang tidak syukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia tidak syukur pula kepada manusia. Jadi apabila kepada khaliq kada bersyukur (berarti) kada basyukur kepada makhluk. Bila kada pandai mengingat-ingat nikmat Allah, maka orang itupun kada pandai berterima kasih kepada makhluk. Kebalikan dari hadits tersebut : dan barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia, (seperti) tidak bersyukur kepada guru yang melajari, tidak bersyukur kepada orang tua yang melahirkan dan yang mengasuh, tidak bersyukur kepada manusia lainnya yang telah membimbing dan membantu dia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah”.

“Tidak ada keberuntungan, tidak ada kebaikan yang paling sempurna, sebagaimana tersebut dalam kitab Ihya Ulumuddin, kecuali bagi orang yang mutaba’ah (mengikuti) Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,  fi qaulin, pada perkataan; wa fi’lin, pada perbuatan dan wa halin, pada kelakuan. Mudah-mudahan kita ditolongi oleh Allah ta’ala walaupun tunggal ikitan mutaba’ah kepada Rasulullah, sambil melatih diri sambil menambah pengetahuan tentang apa-apa yang patut dituruti dari Nabi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar