KH. Abdus Syukur (Muallim Syukur Teluk Tiram) lahir di Amuntai pada tahun
1901 M (1319 H). Orang tua beliau adalah H. Jamaluddin bin Abdul Karim.
Berlatar belakang pendidikan keagamaan semenjak remaja mengaji duduk dengan ulama-ulama
di Amuntai dan Martapura.
Pada tahun 1926 beliau berangkat ke kota suci Makkah al-Mukarramah untuk
memperdalam ilmu agama selama hampir 17 tahun dengan ulama-ulama besar seperti
Syekh Amin Qutbi, Syekh Muhammad Yasin al Fadani (Musnid ad-Dunya), Syekh Abdul
Qadir Mandailing dan lain-lain.
Tahun 1940-an, sebelum Indonesia Merdeka, beliau kembali ke tanah air dan
memilih bermukim di Kampung Tengah, atau sekarang terkenal dengan sebutan
Kampung Teluk Tiram, Banjarmasin. Dari kampung inilah beliau kemudian membuka
majelis pengajian kitab-kitab kuning di kediaman beliau sendiri.
KH. Abdus Syukur, yang lebih dikenal dengan sebutan “Muallim Syukur” adalah
seorang ulama yang tawadhu (rendah hati( kepada siapapun, terlebih kepada
anak-anak dan orang-orang miskin.
KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani (Guru Sekumpul), dalam suatu riwayat pernah
mengatakan bahwa Muallim Syukur adalah sosok ulama yang mustajab do’anya. Dan
lagi, menurut Habib Ahmad bin Abu Bakar al-Habsyi (Habib Basirih), bahwa
Muallim Syukur adalah wali Allah. Saat itu, sewaktu habib ikut menghantarkan
kepemakaman, baju beliau terkena percikan tanah (licak, bahasa banjar) makam,
lalu beliau berucap: “Bajuku yang kotor ini, biar aku cuci di sungai Basirih
sebagai saksi bahwa Muallim Syukur adalah Wali Allah”.
Muallim Syukur berpulang ke rahmatullah pada hari Kamis, 23 Februari 1990 M
(bertepatan dengan 26 Rajab 1410 H) sekitar pukul 3 sore. Jenazah dihantarkan oleh ribuan masyarakat
dari berbagai kalangan ulama dan habaib yang berlokasi di Komplek Pemakaman
Mesjid Jami’ Teluk Tiram.
Ulun izin mengambil manfaat dari blog ini🙏
BalasHapus