Sabtu, 09 Mei 2020

KH. BAHRUDDIN ASNAWI


KH. Bahruddin Asnawi adalah salah seorang ulama dari desa Kuangan, Kecamatan Amuntai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:

“Orang yang beriman itu bila manggawi perintah Allah, hatinya nyaman. Tanda amal itu diterima adalah salah satunya adalah waktu handak malaksanakan, sedang melakukan dan  (selesai) mengerjakan (maka) hati senang”.

“Banyak orang kada manyangka bahwa pamandiran itu banyak mengakibatkan mengeluarkan daripada iman. Kada sadar (kita ini) walaupun pamandirannya bagagayaan, apalagi bujuran, maginnya ai lagi. Musiah saat basuara itu, roh hilang, kita mati berarti mati dalam keadaan su’ul khatimah, atau mati kada baiman. Orang mati kada baiman jelas jauh daripada Rahmat Allah”.

“Surah Yasin tu sakalinya sangat banyak kegunaannya. Kalau bahari lagi kakanak, tahunya baca Yaasin tu gasan orang nang handak mati haja, dibacakan Yaasin supaya rohnya nyaman kaluar. Tetapi sakalinya, ujar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam : Iqra-u Yaasin, bacalah Yaasin itu sesuai dengan niatmu kepada Allah. (jadi) orang handak umrah baca Yaasin mudahan selamat, orang handak tulak haji baca Yaasin mudahan selamat, orang handak “buang baya” biasanya manyalamat dengan baca Yaasin supaya nyaman kaena baranak. Jadi Yaasin itu (banyak faedahnya) apa yang kita hajatkan kepada Allah (maka) bacalah Yaasin, Insya Allah dikabulkan oleh Allah”.

“Allah juga menciptakan seluruh makhluk, (seperti), malaikat, para nabi para rasul, para manusia mulia, manusia yang durhaka, Fir’aun, Haman, Qarun, semua makhluk Allah ta’ala baik yang mulia ataupun yang durhaka, (maka) itu sayyidnya adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam”.

“Setiap kita berbuat amal dzahir (maka) berharap akan diterima (oleh Allah Subhanahu wa ta’ala) pasti ada didalam dada orang yang beriman, karena takutan. Khauf dan Raja’ itu berlawanan, harus senantiasa ada didalam hati kita”.

“Inilah pentingnya kita tafakkur sejenak, setelah kita beribadah kepada Allah. Ya Allah terima Ya Allah terima amal kami. Hal seperti ini harus kita tanamkan dalam hati. Sehingga ujar para ulama, ketika beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka yang pertama adalah timbulkan khauf, rasa takutan. Kalau-kalau Allah kada manarima. Makanya kita merasa hina”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar