Rabu, 13 Mei 2020

Ustadz H. FAHRI RAILI



Ustadz H. Fahri Raili adalah salah seorang ulama dari desa Kota Raden, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:

“Dan diantara orang yang mendapatkan naungan Arasy pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu : wa rajulun dzakarallaha khaliyaan fafaa dhat ‘ainaahu, seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya” (HR. Bukhari Muslim). Diantara makna berdzikir adalah mengucapkan kalimat thayyibah, seperti ucapan tasbih : Subhaanallah, ucapan tahmid : Alhamdulillah. Dan seafdhal-afdhal dzikir adalah ucapan : La ilaha illallah”.

“Kemudian Allah Ta’ala berpesan lawan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, (bahwa) diantara yang memberati timbangan (mizan), pertama wahai Muhammad padahakan lawan ummatmu, yaitu dua kalimat syahadat itu memberati timbangan; yang kedua, sembahyang lima waktu; yang ketiga, tasbih yaitu  ucapan : Subhaanallah walhamdulillah wallahu akbar; yang keempat, yaitu ucapan : La haula wa la quwwata illa billah; yang kelima terakhir, yang memberati timbangan adalah istighfar”.

“Sabar itu dimuntung (mulut) kada manyambati (tidak menyebut) dihatipun kadada. Kadada kisah hendak membalas. Sabar itu, ujar dalam kitab, pahit rasanya. Disakiti atau dizalimi orang sabar, dimuntung kada malawan, dihati kada malawan, apalagi mendo’akan orang (dengan do’a yang tidak baik, pen), tetapi apabila disakiti orang dia langsung memaafkan, dan memaafkan ini jangan sampai dimuntung saja, tetapi sampai ke hati”.

“Kita redhai anak kita itu, kita do’akan dengan kebaikan. Sebab do’a kuitan (orang tua) itu nangkaya (seperti) pedang. Mustajab do’anya, apalagi do’a kuitan bibini”.

“Apabila kita mendo’akan anak dalam kebaikan kebaikan kebaikan, maka ia akan baik saurangan. Ujar urang bahari, do’a kuitan itu kada gugur kalantai diaminkan malaikat. Namun, didalam kitab Hikam, ujar sidin (pengarang kitab), amun ikam bado’a itu jangan situ saini (segera) handak kabul. Tapi terserah Allah pabila hendak mengabulkan. Nabi Musa ja bado’a selama 40 tahun lawasnya : Ya Allah karamkan (tenggelamkan) Fir’aun. Nabi Nuh bado’a minta karamakan dunia, lawas jua hanya dikabulkan. Jadi kita dalam mendo’akan anak buah itu harus sabar”.

“Makin tinggi maqam seseorang itu makin takut hatinya kepada Allah”.

“Ujar Allah Ta’ala, apabila seorang hamba-Ku beribadah, beramal shaleh tapi Aku redha, Aku senang jar Tuhan, (maka) hibak timbagan (mizan) itu. Oleh karena itulah kita perlu berdo’a : Allahumma inna nas’aluka ridhaka wal jannah. Supaya gawian kita tu pas, syari’atnya ta’at meminta keredhaan Allah”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar