Ustadz H. Fahri Raili adalah salah seorang
ulama dari desa Kota Raden, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai
Utara.
Diantara kalam beliau:
“Dan diantara orang yang mendapatkan naungan
Arasy pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu : wa
rajulun dzakarallaha khaliyaan fafaa dhat ‘ainaahu, seseorang yang
berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya” (HR.
Bukhari Muslim). Diantara makna berdzikir adalah mengucapkan kalimat thayyibah,
seperti ucapan tasbih : Subhaanallah, ucapan tahmid : Alhamdulillah. Dan
seafdhal-afdhal dzikir adalah ucapan : La ilaha illallah”.
“Kemudian Allah Ta’ala berpesan lawan Nabi
kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, (bahwa) diantara yang memberati
timbangan (mizan), pertama wahai Muhammad padahakan lawan
ummatmu, yaitu dua kalimat syahadat itu memberati timbangan; yang kedua,
sembahyang lima waktu; yang ketiga, tasbih yaitu ucapan : Subhaanallah walhamdulillah
wallahu akbar; yang keempat, yaitu ucapan : La haula wa la
quwwata illa billah; yang kelima terakhir, yang memberati timbangan adalah
istighfar”.
“Sabar itu dimuntung (mulut) kada manyambati (tidak
menyebut) dihatipun kadada. Kadada kisah hendak membalas. Sabar itu, ujar dalam
kitab, pahit rasanya. Disakiti atau dizalimi orang sabar, dimuntung kada
malawan, dihati kada malawan, apalagi mendo’akan orang (dengan do’a yang tidak baik, pen), tetapi apabila disakiti orang dia
langsung memaafkan, dan memaafkan ini jangan sampai dimuntung saja, tetapi
sampai ke hati”.
“Kita redhai anak kita itu, kita do’akan
dengan kebaikan. Sebab do’a kuitan (orang tua) itu nangkaya (seperti) pedang. Mustajab
do’anya, apalagi do’a kuitan bibini”.
“Apabila kita mendo’akan anak dalam kebaikan
kebaikan kebaikan, maka ia akan baik saurangan. Ujar urang bahari, do’a kuitan
itu kada gugur kalantai diaminkan malaikat. Namun, didalam kitab Hikam, ujar
sidin (pengarang kitab), amun ikam bado’a itu jangan situ saini (segera)
handak kabul. Tapi terserah Allah pabila hendak mengabulkan. Nabi Musa ja
bado’a selama 40 tahun lawasnya : Ya Allah karamkan (tenggelamkan) Fir’aun.
Nabi Nuh bado’a minta karamakan dunia, lawas jua hanya dikabulkan. Jadi kita
dalam mendo’akan anak buah itu harus sabar”.
“Makin tinggi maqam seseorang itu makin takut
hatinya kepada Allah”.
“Ujar Allah Ta’ala, apabila seorang hamba-Ku
beribadah, beramal shaleh tapi Aku redha, Aku senang jar Tuhan, (maka) hibak
timbagan (mizan) itu. Oleh karena itulah kita perlu berdo’a : Allahumma inna
nas’aluka ridhaka wal jannah. Supaya gawian kita tu pas, syari’atnya ta’at
meminta keredhaan Allah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar