Senin, 11 Mei 2020

Ustadz AHMAD MARDHANI ZUHRI




Ustadz Ahmad Mardhani Zuhri bin Maseran adalah da’i dari Desa Harus, Kecamatan Amuntai Tengah. Berlatar belakang pendidikan Pondok Pesantren “Rasyidiyah Khalidiyah (Rakha) Amuntai, dan Pondok Pesantren Datuk Kalampayan, Bangil. Beliau merupakan pengasuh Majelis Ta’lim “Nurul Habib” Sungai Baring, Kecamatan Amuntai Tengah, juga imam rawatib di Mesjid “Sabilal Muttaqin” Amuntai.
Diantara kalam beliau:

“Tiap-tiap perbuatan tergantung pada niatnya. Napa niatnya menuntut ilmu? (misal) sengajaku menuntut ilmu untuk mencari hidayah dan mengamalkannya. (karena) barangsiapa yang menuntut ilmu dengan niat mengamalakannya, maka tidak akan mati kecuali mengamalkannya”.

“Janganlah kita menjadi penyebab seseorang mendustakan Allah dan Rasul-Nya, dimana berpalingnya mereka dari Allah dan Rasul-Nya itu diakibatkan oleh kejenuhan mereka”

“Diantara fitnah atau cobaannya orang alim adalah sidin lebih katuju (senang) berbicara daripada menyimak (mendengarkan). Soal berceramah sidin katuju, Cuma bila mendengarkan ceramah sidin kada katuju. Sidin haja nang berceramah, sidin kada handak lagi menuntut ilmu, mendengarkan orang”

“Orang yang baik itu sebenarnya adalah dasar banyak niatnya yang baik-baik. Aku jar sidin hidup ini handak baik, handak umrah, handak ini handak itu, jadi dasar banyak niatnya nang baik-baik. Adapun orang yang jahat, dasar banyak jua niatnya nang kada baik, nang jahat-jahat seperti niat marampok, handak bajudi, atau aku jar sidin jaka sugih kaya ini kaya ini...”

“Kalau kita tidak ma-amalakan (dzikir) kada kawa marasa-akan ini (terbuka baginya sebagian dari segala hakikat, pen), kecuali bagi orang yang sudah mahir (terbiasa/ melazimkan), kalau menurut guru Bakhiet talqin dzikir ngarannya. (didalam berdzikir) bagi kita orang yang awam ini, laa ilaaha illallah itu artinya “la ma’buda bihaqqin illallah”, tidak ada yang disembah dengan sebenarnya kecuali Allah. (namun jangan berhenti disini) hendaknya naikakan pulang (pemahaman kita), jangan disitu terus saumuran, kaena naikakan pulang : tidak ada yang memberi manfaat, tidak ada yang memberi mudharat kecuali Allah.  Seperti kita berdzikir, lss ilaaha illallah, tidak ada yang memberi manfaat dan mudharat kecuali Allah, tidak ada yang memuliakan dan tidak ada yang menghinakan kecuali Allah, tidak ada yang memberi dan tidak ada yang mencegah kecuali Allah. Kaena (apabila) dibukakan Tuhan hijab-hijab (penghalang), naikakan pulang pemahaman kita menjadi “laa hayyan illallah”, tidak ada yang hidup melainkan Allah, kaena lebih tinggi lagi, “laa maujuda illallah” tidak ada yang ada kecuali Allah. (karena) bagi seseorang yang hendak menempuh jalan menuju Allah Subhanahu wa ta’ala maka hendaknya ia senantiasa menghadirkan hati kepada Allah Subhanahu wa ta’ala ketika ia berdzikir dengan kalimat tersebut”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar