Ustadz
Ahmad Mardhani Zuhri bin Maseran adalah da’i dari Desa Harus, Kecamatan Amuntai
Tengah. Berlatar belakang pendidikan Pondok Pesantren “Rasyidiyah Khalidiyah
(Rakha) Amuntai, dan Pondok Pesantren Datuk Kalampayan, Bangil. Beliau merupakan
pengasuh Majelis Ta’lim “Nurul Habib” Sungai Baring, Kecamatan Amuntai
Tengah, juga imam rawatib di Mesjid “Sabilal Muttaqin” Amuntai.
Diantara
kalam beliau:
“Tiap-tiap perbuatan tergantung pada niatnya.
Napa niatnya menuntut ilmu? (misal) sengajaku menuntut ilmu untuk mencari
hidayah dan mengamalkannya. (karena) barangsiapa yang menuntut ilmu dengan niat
mengamalakannya, maka tidak akan mati kecuali mengamalkannya”.
“Janganlah kita menjadi penyebab seseorang
mendustakan Allah dan Rasul-Nya, dimana berpalingnya mereka dari Allah dan
Rasul-Nya itu diakibatkan oleh kejenuhan mereka”
“Diantara fitnah atau cobaannya orang alim
adalah sidin lebih katuju (senang) berbicara daripada menyimak
(mendengarkan). Soal berceramah sidin katuju, Cuma bila mendengarkan ceramah
sidin kada katuju. Sidin haja nang berceramah, sidin kada handak lagi menuntut
ilmu, mendengarkan orang”
“Orang yang baik itu sebenarnya adalah dasar
banyak niatnya yang baik-baik. Aku jar sidin hidup ini handak baik, handak
umrah, handak ini handak itu, jadi dasar banyak niatnya nang baik-baik. Adapun
orang yang jahat, dasar banyak jua niatnya nang kada baik, nang jahat-jahat
seperti niat marampok, handak bajudi, atau aku jar sidin jaka sugih kaya ini
kaya ini...”
“Kalau kita tidak ma-amalakan (dzikir) kada
kawa marasa-akan ini (terbuka baginya sebagian dari segala hakikat, pen),
kecuali bagi orang yang sudah mahir (terbiasa/ melazimkan), kalau
menurut guru Bakhiet talqin dzikir ngarannya. (didalam berdzikir) bagi kita
orang yang awam ini, laa ilaaha illallah itu artinya “la ma’buda
bihaqqin illallah”, tidak ada yang disembah dengan sebenarnya kecuali
Allah. (namun jangan berhenti disini) hendaknya naikakan pulang (pemahaman
kita), jangan disitu terus saumuran, kaena naikakan pulang : tidak ada yang
memberi manfaat, tidak ada yang memberi mudharat kecuali Allah. Seperti kita berdzikir, lss ilaaha illallah,
tidak ada yang memberi manfaat dan mudharat kecuali Allah, tidak ada yang
memuliakan dan tidak ada yang menghinakan kecuali Allah, tidak ada yang memberi
dan tidak ada yang mencegah kecuali Allah. Kaena (apabila) dibukakan Tuhan
hijab-hijab (penghalang), naikakan pulang pemahaman kita menjadi “laa hayyan
illallah”, tidak ada yang hidup melainkan Allah, kaena lebih tinggi lagi, “laa
maujuda illallah” tidak ada yang ada kecuali Allah. (karena) bagi seseorang
yang hendak menempuh jalan menuju Allah Subhanahu wa ta’ala maka hendaknya ia
senantiasa menghadirkan hati kepada Allah Subhanahu wa ta’ala ketika ia
berdzikir dengan kalimat tersebut”.
“
Tidak ada komentar:
Posting Komentar