Senin, 18 Mei 2020

KH. ALI ASRI



KH. Ali Asri adalah salah seorang ulama dari Desa Waringin, Kecamatan Haur Gading, Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Diantara kalam beliau:

“Orang yang dikasihi Allah tentunya mendapatkan keampunan, dan orang yang mendapatkan keampunan di masa akhir, adalah itqun minannaar, dimerdekakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dari api neraka. Siapa yang dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan kedalam sorga, maka sesungguhnya dia beruntung”.

“Makin lapah (dalam mengerjakan perbuatan baik, pen) makin ganal pahalanya”.

“Kalau kita menghayati, kita ini sebenarnya selalu diberikan Allah yang terbaik. Yang mana, pertama, kita punya rasul, yang disebut Sayyidul anbiya wal mursalin, pimpinan para Rasul dan mursalin; kemudian kedua, kita selaku ummatnya disebut sebagai sebaik-baik ummat, kuntum khaira ummah, ukhrijat linnaasi ta’ muruna bil ma’rufi wa tan hau-na ‘anil mungkar, “kamu adalah sebaik-baik ummat, yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar” (Qs. Ali Imran : 110). Kemudian, ketiga, sebagai ummat, kita diberikan sebaik-baik bulan, yaitu Sayyidul Syuhur, pimpinan bulan adalah Ramadhan. Puasa memang diberikan kepada mulai dari nabi Adam sampai kepada Nabi Isa, Cuma belain-lainan waktunya. Kita, menurut qaul yang mu’tamad, Ramadhan khusus diberikan kepada ummat Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Juga dibulan ramadhan ini, sebagai yang keempat, diberikan, diturunkan al-Qur’an sebagai semulia-mulia kitab; dan yang kelima, diberikan malam yang istemewa khusus untuk ummat nabi kita, ialah malam qadar”.

“beri’tikaf itu yang aula (utama) di mesjid jami’, nang kada jami’ boleh juga seperti langgar, dengan niat : “Sahajaku beri’tikaf –bahasa kitanya badiam – di ini langgar sunnat karena Allah ta’ala.” Maka dapat pahala i’tikaf. Kemudian, mun pian handak meningkatkan pahala i’tikaf yang sunnat ini menjadi wajib. Caranya kaya ini. Mun pian turun dari rumah atau rahatan dijalan lalu baniat : Lamun aku sampai ka langgar (mesjid) aku bernadzar beri’tikaf. “Sahajaku beri’tikaf dilanggar fardhu karena Allah ta’ala”. Nah yang seperti ini mangganali pahala.”

“Dalam kitab Nasha-ihud diniyyah, karangan Imam Abdullah al-Haddad, menurut beliau, do’a yang kita panjatkan yang utama adalah do’a keinginan kita, yang pertama adalah do’a keampunan dosa-dosa kita. Keampunan dari dosa, baik yang kecil maupun yang besar; yang kedua, mudah-mudahan kita diterima amal kebaikannya. (maka) kalau do’a kita diterima, amal kebaikan dimana? Insya Allah ke sorga.”

“Iman ini bisa bakurang, bisa batambah, bisa hilang dan bisa tatap. Bertambah dengan memperbuat amal kebaikan. Berkurang jika kita mengerjakan kemaksiatan. Bisa hilang lantaran mengekali dosa besar. Bisa tatap, dan yang tetap ini yang kita harapkan, sehingga kita berdo’a : Allahumma tsabitna imanana, Ya Allah tetapkanlah iman kami, jadikan kami beriman sampai ke akhirat”.

“Taqwa itu ada 3 (tiga), taqwa yang pertama adalah meninggalkan kemusyrikan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Taqwa yang kedua, menjunjung perintah. Taqwa yang ketiga, meninggalkan apa-apa yang dilarang-Nya. Perintah itu ada 2, ada perintah wajib ada perintah sunnat. Larangan itu ada 2, ada larangan yang haram ada larangan yang makruh. Inilah pengertian taqwa. Inilah sebaik-baik bekal utuk berpulang kerahmatullah”.

“Perbanyaklah (mempelajari) asbab (sebab-sebab) seseorang dimasukkan kedalam sorga”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar