KH. Ali Asri adalah salah seorang ulama dari
Desa Waringin, Kecamatan Haur Gading, Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Diantara kalam beliau:
“Orang yang dikasihi Allah tentunya mendapatkan
keampunan, dan orang yang mendapatkan keampunan di masa akhir, adalah itqun
minannaar, dimerdekakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dari api neraka.
Siapa yang dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan kedalam sorga, maka
sesungguhnya dia beruntung”.
“Makin lapah (dalam mengerjakan perbuatan baik, pen) makin ganal pahalanya”.
“Kalau kita menghayati, kita ini sebenarnya
selalu diberikan Allah yang terbaik. Yang mana, pertama, kita
punya rasul, yang disebut Sayyidul anbiya wal mursalin, pimpinan para Rasul dan
mursalin; kemudian kedua, kita selaku ummatnya disebut sebagai
sebaik-baik ummat, kuntum khaira ummah, ukhrijat linnaasi ta’ muruna bil
ma’rufi wa tan hau-na ‘anil mungkar, “kamu adalah sebaik-baik ummat,
yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari
yang mungkar” (Qs. Ali Imran : 110). Kemudian, ketiga, sebagai
ummat, kita diberikan sebaik-baik bulan, yaitu Sayyidul Syuhur, pimpinan bulan adalah
Ramadhan. Puasa memang diberikan kepada mulai dari nabi Adam sampai kepada Nabi
Isa, Cuma belain-lainan waktunya. Kita, menurut qaul yang mu’tamad, Ramadhan
khusus diberikan kepada ummat Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Juga dibulan ramadhan ini, sebagai yang keempat, diberikan,
diturunkan al-Qur’an sebagai semulia-mulia kitab; dan yang kelima,
diberikan malam yang istemewa khusus untuk ummat nabi kita, ialah malam qadar”.
“beri’tikaf itu yang aula (utama) di mesjid
jami’, nang kada jami’ boleh juga seperti langgar, dengan niat : “Sahajaku
beri’tikaf –bahasa kitanya badiam – di ini langgar sunnat karena Allah ta’ala.”
Maka dapat pahala i’tikaf. Kemudian, mun pian handak meningkatkan pahala
i’tikaf yang sunnat ini menjadi wajib. Caranya kaya ini. Mun pian turun dari
rumah atau rahatan dijalan lalu baniat : Lamun aku sampai ka langgar (mesjid)
aku bernadzar beri’tikaf. “Sahajaku beri’tikaf dilanggar fardhu karena Allah
ta’ala”. Nah yang seperti ini mangganali pahala.”
“Dalam kitab Nasha-ihud diniyyah, karangan
Imam Abdullah al-Haddad, menurut beliau, do’a yang kita panjatkan yang utama
adalah do’a keinginan kita, yang pertama adalah do’a keampunan dosa-dosa kita.
Keampunan dari dosa, baik yang kecil maupun yang besar; yang kedua, mudah-mudahan
kita diterima amal kebaikannya. (maka) kalau do’a kita diterima, amal kebaikan
dimana? Insya Allah ke sorga.”
“Iman ini bisa bakurang, bisa batambah, bisa
hilang dan bisa tatap. Bertambah dengan memperbuat amal kebaikan. Berkurang
jika kita mengerjakan kemaksiatan. Bisa hilang lantaran mengekali dosa besar.
Bisa tatap, dan yang tetap ini yang kita harapkan, sehingga kita berdo’a : Allahumma
tsabitna imanana, Ya Allah tetapkanlah iman kami, jadikan kami beriman
sampai ke akhirat”.
“Taqwa itu ada 3 (tiga), taqwa yang
pertama adalah meninggalkan kemusyrikan kepada Allah Subhanahu wa
ta’ala. Taqwa yang kedua, menjunjung perintah. Taqwa yang
ketiga, meninggalkan apa-apa yang dilarang-Nya. Perintah itu ada 2, ada
perintah wajib ada perintah sunnat. Larangan itu ada 2, ada larangan yang haram
ada larangan yang makruh. Inilah pengertian taqwa. Inilah sebaik-baik bekal
utuk berpulang kerahmatullah”.
“Perbanyaklah (mempelajari) asbab
(sebab-sebab) seseorang dimasukkan kedalam sorga”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar