Bermula dari suatu mimpi, dimana tersiar kabar bahwa KH. Dja’far Saberan (orang Amuntai yang menjadi ketua MUI di Samarinda) meninggal dunia. Maka banyaklah orang takziyah. Hingga ada pengumuman dari panitia, yang berkata, “mana ulama dari Amuntai ?”. Sekilas kulihat dalam tulisan dikertas ada nama KH. Said Masrawan, Lc., MA (Ketua MUI Kab. HSU). Wallahu a’lam.............. Sufyan bin Uyainah ra berkata: عند ذكر الصالحين تنزل الرحمة "ketika menyebut orang-orang sholeh akan bercucuran rahmat"
Minggu, 24 Mei 2020
Ustadz ROSADI
Ustadz MUHAMMAD DAUD
Diantara kalam beliau:
“Hendaknya dalam membaca al-Qur’an itu kita ba-adab. Nangkaya apa ba-adab tu? Yaitu berwudhu, kedua menghadap kiblat, ketiga jangan bahunjur, keempat jangan basandar, kelima menutup aurat”
“Muliakanlah ustadz-ustadz di kampung, (maka) Insya Allah akan berkah kampung”
“(dalam kita memberi penyaksian terhadap jenazah, pen) : “Ternyata dalam kitab itu (disebutkan( bahwa malingkah, perampokkah, pezinakah, ahli maksiatkah, patuh kada patuhkah (dikenal atau tidakkah) maka katakanlah “min ahli khair”, (maka) menjadi do’a bagi si mayyit”.
“Ada orang sembahyang, mulai lagi halus (kecil) sampai hendak mati kada suah (pernah) belajar cara sembahyang nang dilatih oleh guru secara langsung. Padahal Nabi kita sendiri mengambil (perintah, pen) sembahyang ini langsung ke langit. Kikira, mun orang jauh mambari-i kita, mun wadai ha pakai paket ja gin jadiai jua (mengirimnya, pen). Tapi amun barang tu barang antik, barang mahal, pasti maambilnya tu langsung nang dibari-i atau diantarakan langsung”.
“Sehingga kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam : shallu kama ra’aitumuni ushalli, “Sembahyanglah kamu sebagaimana kamu melihat aku sembahyang”. Padahal kita tidak pernah memandang Nabi. Kita hanya bisa melihat guru, guru yang melajari guru, guru yang melajari gurunya sampai kepada tabi’in, kepada sahabat sampai kepada rasulullah sampai kepada Jibril yang mengajarkan shalat tersebut. Artinya, masalah sembahyang ini tidak dapat tidak kecuali harus berguru”.
“Takbiratul ihram ja kita (banyak yang, pen) luput. Allahuuuuuu Akbar, hu nya panjang. Sahkah yang demikian? Kada sah. Alif panjang kada sah, seperti Aaaaaa llah, kada sah takbirnya. Ba nya panjang, Allahu Akbaaaaaaaar. Kada sah takbirnya bila ba nya panjang. Nang boleh panjang tu hanya Lam. Alla........ hu Akbar. Ini haja yang boleh. Wajib telinga mendengar 8 huruf, (yaitu), Alif, Lam, Lam, ha, alif, kaf, ba, ra. Telinga kita – asal kadada masalah lawan telinganya, asal jangan ada yang mengganggu – (maka) wajib telinga kita mendengar yang 8 huruf tersebut.
“Jangan bagarak bagi si makmum kecuali imam sudah sampai ketujuannya”