Rabu, 06 September 2017

H. HELMI NIZAMI, SH, MH



KH. Helminizami, SH, MH lahir di Paliwara, Amuntai, Minggu, 20 April 1958 M (bertepatan dengan 30 Ramadhan 1378 H). Mulai bersekolah di SDN Panca Setia Amuntai (1964-1970), MTs Normal Islam (lulus 1977), MA Sekolah Persiapan (SP) IAIN Amuntai (1974-1977). Sempat mengambil sarjana muda di IAIN Antasari Banjarmasin, sedangkan gelar sarjana lengkapnya beliau peroleh pada Fakultas Hukum Untag Samarinda (1993). Adapun gelar S-2 Hukum beliau peroleh di Universitas Kediri (2010).

 Pertama kali diangkat menjadi pegawai di lingkungan Pengadilan Tinggi Agama Banjarmasin (1982), kemudian ditugaskan ke PTA Samarinda Kaltim (1992). Jabatan yang pernah beliau emban diantaranya menjadi Wakil Ketua Pengadilan Agama Tenggarong (2003-2004), kemudian menjadi Ketua Pengadilan Agama Tenggarong (2004-2007), Ketua Pengadilan Agama Balikpapan, Kaltim (2007-2011), dan sekarang menjabat sebagai Ketua Pengadilan Agama Palembang, Sumatera Selatan (2012- ).

Diantara kalam beliau:

“Syukur bil lisan, artinya bersyukur melalui ucapan. Yang kedua, syukur bil jinan, artinya kita mensyukuri nikmat Allah itu dengan hati kita. Bagaimana caranya? Yaitu kita memandang (bahwa) kullu ni’matin minallah, setiap nikmat itu dari Allah. Kita sehat diberi Tuhan kesehatan, kita dapat rezeki diberi Tuhan rezeki. Kita dapat shalat merupakan anugerah Allah kepada kita. Kita bisa berdzikir, bisa baca qur’an adalah anugerah Allah. Kita pandang semuanya dari Allah. Ketiga, syukur bil arkan, artinya apa? Nikmat Allah itu kita manfaatkan. Nikmat Allah itu kita pergunakan, kita aplikasikan untuk apa? Yaitu untuk taat dan ibadah kepada Allah. Inilah bentuk syukur yang sesungguhnya”.

“Makanya ulama tasawuf, kalau dia beribadah kepada Allah, ada 3 hal yang tertanam didalam hatinya, bahwa ibadah yang dia kerjakan itu : bahwa yang pertama adalah “minallah”, dari Allah. Kedua, “billah” dengan Allah. Dan yang ketiga “ilallah”, untuk Allah. Aman kita bila begini, bahwa minallah dari Allah kita ini, kita beribadah juga dengan Allah, dan ibadah yang kitakerjakan juga untuk Allah. Jadi orang yang bersyukur dengan hati itu memandang segala nikmat itu datangnya memang dari Allah”.

“Segalam macam nikmat itu datangnya memang dari Allah, termasuk rezeki. Kita berusaha itu syariatnya saja. Jadi pegawai syariatnya, jadi pedagang syariatnya, jadi dokter syariatnya, jadi pengacara syariatnya. Apapun pekerjaan yang kita lakukan itu syariatnya, tapi hakikatnya rezeki itu memang datangnya dari Allah”.

“Soal rezeki ini ada 5 macam yang perlu kita yakini dalam hati, 1) bahwa setiap rezeki itu memang datangnya dari Allah. 2) bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan sebab-sebab kita mendapatkan rezeki. Misal sebab jadi pegawai, jadi pedagang, jadi pengacara, sebab bertani, berkebun dan sebagainya. 3) kalau memang rezeki kita, maka dia tidak akan lari kemana, pasti dapat, jangan khawatir pasti sampai kepada kita. 4) kalau memang itu bukan rezeki kita, walaupun siang malam kita kejar, pasti tidak akan mendapat karena bukan rezeki kita. 5) orang tidak akan meninggal dunia selama masih ada rezekinya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar