Sabtu, 02 September 2017

KH. ABDUL KADIR, S.Ag



KH. Abdul Kadir, S.Ag, bin Kurdi, lahir di Banyu Tajun, Alabio, Amuntai, Minggu, 15 Juni 1952 M (bertepatan dengan 22 Ramadhan 1371 H). Beliau adalah lulusan S-1 Fakultas TarbiyahRasyidiyah Khalidiyah” Amuntai. Menjabat sebagai Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Kabupaten Hulu Sungai Utara selama dua periode, yaitu periode 2011-2015 dan 2016-2020.

Telah berpulang ke rahmatullah pada hari Rabu, 30 September 2020 M (bertepatan dengan 13 Safar 1442 H) di Rumah Sakit “Pembalah Batung” Amuntai. Dimakamkan di Desa Kota Raden, Kecamatan Amuntai Tengah.


Diantara kalam beliau:

“Dalam perspektif ajaran Islam, bencana dapat dimaknai sebagai musibah yang bisa menimpa kepada siapa saja, kapan dan dimana saja. Musibah adalah keniscayaan yang harus dihadapi bagi setiap manusia, sebagaimana Allah tegaskan dalam al-Qur’an surah al-Baqarah (2) : 155. Ayat tersebut menunjukkan kepada kita bahwa musibah atau bencana adalah keniscayaan yang harus dihadapi oleh setiap manusia. Bencana apapun bentuknya sungguh merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada manusia. Berbagai peristiwa yang menimpa manusia pada hakikatnya merupakan ujian dan cobaan atas keimanan dan perilaku yang telah dilakukan manusia itu sendiri. Hal mana ketauhidan seorang mukmin akan menuntun bahwa berbagai peristiwa (yang) menimpa manusia bukanlah persoalan karena manusia hidup pastilah akan diuji dengan berbagai persoalan”.

“Peristiwa yang merupakan musibah adalah merupakan takdir Allah. Takdir disini dimaknai sebagai ketetapan atau ketentuan Allah yang terjadi dihadapan kita. Hanya Allah saja yang mengetahui ketetapan dan ketentuan-Nya. Manusia hanya dapat mengetahui ketika ketetapan dan ketentuan tersebut terjadi, adapun terhadap  ketetapan dan ketentuan yang akan terjadi,  manusia juga tidak bisa mengetahuinya, hanya Allah saja yang Maha Tahu. Dengan demikian, manusia wajib memohon kepada Allah dan berusaha untuk menyikapinya dengan penuh kesabaran dalam rangka merobah keadaan yang dihadapinya menjadi lebih baik”.

“Iman yang kuat akan menuntun sikap sabar. Bersabar bagi seorang muslim hakikatnya adalah kesadaran bahwa keburukan yang terjadi pada dirinya adalah rahmat Allah dan selanjutnya dia akan berusaha untuk merobah kondisi buruk yang dihadapinya sekarang untuk meningkatkan kebaikan-kebaikan dimasa yang akan datang”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar