KH. Abdul
Kadir, S.Ag, bin Kurdi, lahir di Banyu
Tajun, Alabio, Amuntai, Minggu, 15
Juni 1952 M (bertepatan dengan 22 Ramadhan 1371 H). Beliau adalah lulusan S-1 Fakultas Tarbiyah “Rasyidiyah Khalidiyah” Amuntai. Menjabat sebagai Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Kabupaten Hulu
Sungai Utara selama dua periode, yaitu periode 2011-2015 dan 2016-2020.
Telah berpulang ke rahmatullah pada hari Rabu, 30 September 2020 M
(bertepatan dengan 13 Safar 1442 H) di Rumah Sakit “Pembalah Batung” Amuntai.
Dimakamkan di Desa Kota Raden, Kecamatan Amuntai Tengah.
Diantara kalam beliau:
“Dalam perspektif ajaran Islam, bencana dapat
dimaknai sebagai musibah yang bisa menimpa kepada siapa saja, kapan dan dimana
saja. Musibah adalah keniscayaan yang harus dihadapi bagi setiap manusia,
sebagaimana Allah tegaskan dalam al-Qur’an surah al-Baqarah (2) : 155. Ayat
tersebut menunjukkan kepada kita bahwa musibah atau bencana adalah keniscayaan
yang harus dihadapi oleh setiap manusia. Bencana apapun bentuknya sungguh
merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada manusia. Berbagai peristiwa yang
menimpa manusia pada hakikatnya merupakan ujian dan cobaan atas keimanan dan
perilaku yang telah dilakukan manusia itu sendiri. Hal mana ketauhidan seorang
mukmin akan menuntun bahwa berbagai peristiwa (yang) menimpa manusia bukanlah
persoalan karena manusia hidup pastilah akan diuji dengan berbagai persoalan”.
“Peristiwa yang merupakan musibah adalah
merupakan takdir Allah. Takdir disini dimaknai sebagai ketetapan atau ketentuan
Allah yang terjadi dihadapan kita. Hanya Allah saja yang mengetahui ketetapan
dan ketentuan-Nya. Manusia hanya dapat mengetahui ketika ketetapan dan
ketentuan tersebut terjadi, adapun terhadap
ketetapan dan ketentuan yang akan terjadi, manusia juga tidak bisa mengetahuinya, hanya
Allah saja yang Maha Tahu. Dengan demikian, manusia wajib memohon kepada Allah
dan berusaha untuk menyikapinya dengan penuh kesabaran dalam rangka merobah
keadaan yang dihadapinya menjadi lebih baik”.
“Iman yang kuat akan menuntun sikap sabar.
Bersabar bagi seorang muslim hakikatnya adalah kesadaran bahwa keburukan yang
terjadi pada dirinya adalah rahmat Allah dan selanjutnya dia akan berusaha
untuk merobah kondisi buruk yang dihadapinya sekarang untuk meningkatkan
kebaikan-kebaikan dimasa yang akan datang”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar