Jumat, 02 November 2018

Kalam Habib L




L


(1)  HABIB LUTFI bin MUHAMMAD al-HADDAD
(lutfi bin Muhammad bin Haddad bin Muhammad bin Umar bin Muhaammad bin Ja’far bin Muhammad bin Ja’far bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi al-Haddad):


·          
·                Kenali dulu Tuhan dan Rasulmu, kalau udah kenal timbullah rasa cinta. Kalau udah saling mencintai, Insya Allah Allah ridho dan Rasulpun bangga.

·       Harapan yang sempurna apabila ingat akan janji-janji Allah dan pahala yang telah disiapkan bagi orang-orang yang selalu berbuat baik dan meninggalkan perbuatan jelek.

·         Rahmat Allah yang paling besar di dunia ini adalah lahirnya Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam.
_________________



(2)   HABIB LUQMAN al-ATTAS:



·            Ketenangan yang kita dapatkan disuatu majelis, maka begitu kita pindah kesuatu tempat, maka ketenangan itu akan kita dapatkan dimana kita singgal. Jumpa dengan keluarga, dengan kawan kita, maka ketenangan itu akan senantiasa mengikuti, selama kita ta’alluq kepada itu majelis, selama kita punya irtibat yang kuat kepada majelis tersebut. Maka ketika kita mendapatkan curahan rahmat disuatu majelis, maka rahmat itu akan kita bagi juga ke rumah kita, turun juga rahmat ke rumah kita, sehingga tercipta rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah didalamnya selama kita mengikuti ajaran dan thariqah daripada Nabi, selama kita mendengarkan petuah dan mengamalkan apa yang kita dengankan dan apa yang kita tahu.

·            Apabila kita masuk rumah, meskipun rumah kita itu kosong, maka ucapkanlah: assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Assalamu’alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wabarakatuh. Assalamu’alaina wa’ ala ‘ibadallahis shalihin. Apabila kita baca sekali, maka keberkahannya untuk kita saja. Bila kit abaca 2 kali maka keberkahan untuk semua penghuni rumah, dan apabila kit abaca 3 kali, maka keberkahannya meliputi tetangga sekeliling kita.
______________________



(3)       SAYYID LUTHFAN ASSEGAF :



·            Serahkanlah suatu urusan kepada ahlinya. Begitu pula urusan tentang nasab alawiyyin, tanyakanlah kepada ahli nasab alawiyyin, jangan kepada yang lain. Sejak dahulu, urusan nasab alawiyyin dipegang oleh orang-orang besar dari kalangan alawiyyin sejak zaman syekh umar al-muhdhor, bukan kepada yang lain hingga kan saat ini nasab alawiyyin tetap lestari dan terjaga oleh orang-orang khusus dari kalangan alawiyyin. Hatta, orang alim besar hafizh qur’an dan hafal ribuan hadits pun kalaulah tidak faham soal nasab alawiyin, ya ahsan (lebih baik) duduk tenang saja, serahkan kepada yang ahlinyas dalam ilmu nasab. Sebagaimana ilmu syari’at ada ulamanya, begitu juga tentang ilmu nasab wa bil khusus nasab alawiyyin.
       ______________________


           (4)     HABIB LUKMAN ASSEGAF :



·            Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam adalah suri teladan, merupakan panutan kita didalam hidup di dunia ini, siapapun dia, apapun profesinya jika tidak berlandaskan dan mengikuti daripada Baginda Rasul Shallallahu ‘alaihi wasalam dipastikan orang tersebut akan salah jalan dalam kehidupannya di dunia ini, tanpa terkecuali siapapun dia. Maka dari itu, mari kita jadikan Baginda Rasul Shallallahu ‘alaihi wasalam sebagai suri teladan bagi kita, sebagaimana tersebut didalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala : Laqad kana lakum fi rasulillahi uswatun hasanah (sungguh telah ada didalam diri Rasulullah itu suatu teladan yang baik). Jadi kalau kita ingin mencari suri teladan di dunia ini, maka ada pada diri Rasulullah. Tentunya untuk dapat mengetahui suri teladannya Baginda rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam maka tidak terlepas untuk mengetahui suri teladan itu kita harus mengikuti pewaris baginda shallallahu ‘alaihi wasalam. Siapa pewaris baginda shallallahu ‘alaihi wasalam? Adalah al-ulama. Sebagaimana dikatakan : al-ulama waratsatul anbiyaa (para ulama itu adalah pewaris Nabi). Para ulama inilah yang harus kita cintai, kita ikuti dan kita hormati serta kita muliakan. Dengan kita mencintai, menghormati dan memuliakan ulama berarti kita sudah mengikuti daripada baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam. Tetapi ulama yang bagaimana yang harus kita ikuti, yaitu ulama yang memang mereka ini benar-benar cinta kepada ummat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam, ulama yang betul-betul ingin menyelamatkan umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam, ulama yang betul-betul mengatakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil, yang benar itu benar yang salah itu salah. Sebagaimana dikatakan oleh Yahya bin Mu’adz : “Para ulama itu adalah orang-orang yang mereka itu sangat mencintai ummatnya Nabi Muhammad Shallallhu ‘alaihi wasalam ketimbang daripada ayah dan ibu mereka”.  Akhirnya para sahabatnya bertanya kenapa seperti itu ? karena mereka para ulama adalah orang-orang yang bisa menyelamatkan dari pada azab Allah Subhanahu wa ta’ala, adapun ayah dan ibu mereka hanya bisa menyelamatkan mereka daripada api dunia.


                 (5)     HABIB LUTHFAN bin ZEIN BASYAIBAN :



·            Dikatakan oleh al-Imam Abdurrahman ad-Diba’I, bahwa meskipun aku mengadakan acara maulid untuk maulana Muhammad shallallahu ‘aslaihi wasalam setiap hari, maka hal itu wajib bagi kita. Dan juga sebagaimana dikatakan oleh al-Imam Ali al-Habsyi dalam kitab maulidnya : sehebat-hebatnya seseorang didalam memuji, menceritakan kebaikan, keelokan, keindahan sayyidina maulana Muhammad Shallallhu ‘alaihi wasalam, maka habislah masa dan habislah umur manusia serta habislah umur dunia, namun kebaikan, keindahan, keelokan jasa maulana Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam masih belum habis ditulis/ diceritakan.
Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan menyia-nyiakan kita yang merayakan maulid, melainkan Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan kita husnul khitam, Allah subahanhu wa ta’ala akan memberikan kita husnul fitan, Allah subhanahu wa ta’ala akan memandang kita dalam keadaan mencintai Maulana Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam, mematikan kita dalam keadaan cinta kepada ulama, cinta kepada para sahabatnya, cinta kepada ummat rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam dan yang terlebih istemewa kita akan dimatikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan membawa “la ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah”.
Karena itu, jangan jadikan hati kita kosong dari mencinta baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam. Tidaklah tanah yang ada di Madinah lebih mulia daripada tanah-tanah yang lain, melainkan karena didalam tanah Madinah tersebut ada jasad Baginda Maulana Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam. Maka begitu pula dengan hati kita, maka hati kita tidak akan mulia kecuali hati kita itu menyimpan rasa cinta/ mahabbah kepada Baginda Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam.
 
 
 

(6) SYAIKH ALI LARAKI

(sayyid Ali bin Abdul Haq al-Iraqy al-Husaini)

 


 

 

·        Mereka (wahabi, pen) tidak mengikuti salah satu dari 4 madzhab fiqh yang ada (diakui). Posisi doktrinal ini, memungkinkan mereka untuk mengeluarkan fatwa sendiri sebagai dasar interpretasi bebas mereka terhadap teks suci. Tanpa ada landasan preseden mazhab, tidak ada hukum yang ketat, karena protokol metodologis dan prosedur yang seharusnya lebih sulit untuk menghasilkan fatwa yang seimbang dan benar-benar dibutuhkan. Jelas pemisahan mereka (wahabi) dari salah satu dari 4 mazhab otoritatif, mendorong mereka untuk mengeluarkan fatwa berdasarkan keinginan mereka, (yang dilakukan) secara kompulsif dan bersifat ekstremisme.

 

·        Kurangnya pemahaman mutlak tentang status luhur Nabi Muhammad yang layak dihati setiap muslim. Hal itu disebabkan oleh ketidakmampuan intrinsik (didalam diri)  untuk mencintai dan pendekatan “nihilistik” yang melekat pada kehidupan dan kematian. Status mereka yang meremehkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam membawa mereka untuk menolak semua jenis kegiatan dan praktik yang dilakukan oleh muslim tradisonal dalam meningkatkan rasa cinta mereka kepada utusan Allah, kepada rasulullah, yang tujuan utamanya adalah Rahmatan lil ‘alamin, untuk seluruh dunia (lihat. QS. 21 : 107).

 

·       Sikap mereka (wahabi, pen) terhadap ekspresi/ ungkapan cinta dan kasih sayang ummat terhadap Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam,menghilangkan segala jenis perasaan belas kasihan kepada pengikut mereka terhadap manusia lain (sehingga) mereka (wahabi) mengutuk “sufi” yaitu metode dan ilmu yang dengannya kaum muslimin bercita-cita untuk menyucikan hati dan tingkah laku mereka dari segala keburukan serta guna mencapai keunggulan (ihsan) dalam pengamalan agamanya, baik secara lahir maupun bathin.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar