Jumat, 06 Oktober 2017

Drs. H. MUHAMMAD ABDUH AMRIE, MA



Drs. H. Muhammad Abduh Amrie, MA lahir di Bitin, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Minggu, 2 Mei 1962 M (bertepatan dengan 27 Zulqa'dah 1381 H). Pendidikan MI Sha;atiyah Bitin, untuk tingkatan MTs dan Madrasah Aliyah diselesaikan di Pondok Pesantren Rakha Amuntai. Kemudian melanjutkan kuliah pada Fakultas Dakwah IAIN Antasari Banjarmasin, sedang S-2 beliau tempuh di Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta (2007).
Beliau sekarang menjadi Dosen pada Fakultas Da’wah IAIN Antasari, dengan jabatan di almamaternya adalah sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Dakwah.
Berbagai prestasi beliau torehkan, terutama dalam bidang seni baca al-Qur’an, diantaranya Juara I MTQ Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan di Amuntai (1983), Juara I MTQ Propinsi Kalimantan Tengah (1987), Juara III MTQ Tingkat Provonsi Kalsel di Kotabaru (1994). Tahun 1997 mengikuti MTQ Tingkat nasional di Pekanbaru dan memperoleh juara Harapan I. Kemudian tahun 2004 pada ajang MTQ Tingkat propinsi di Banjarmasin mendapat juara II, serta menjadi juara I pada MTQ tingkat Propinsi di Banjarbaru (2005).
Disamping menjadi peserta MTQ, beliau juga pernah menjadi Dewan Hakim MTQ/ STQ Tingkat Propinsi sampai Tingkat nasional.  Adapun kitab/buku atau risalah yang beliau tulis disele-sela kesibukannya, diantaranya adalah: “Qari-qari’ah Kalsel yang berprestasi di Tingkat Nasional dan Internasional”. “ Bimbingan Pelaksanaan Adzan, imam shalat dan khatib jum’at”.  


Diantara kalam beliau:

“Allah memang menciptakan bala atau bencana, tapi manusia sendiri yang mengundang bencana tersebut. Perbuatan-perbuatan maksiat dan ulah manusia sendiri yang mengundang bencana tersebut. Kita seharusnya banyak menghadirkan Rasulullah di sekitar kita (dengan) banyak membaca shalawat di majelis taklim, di rumah, atau dimana saja kita berada. (karena) dalam satu ayat di surah at-Taubah, Allah mengatakan “tidak akan menyiksa atau menurunkan bala, selama Rasulullah ada di tempat kamu”, artinya, perbanyaklah shalawat untuk menghadirkan Rasulullah, menjauhkan dari bala bencana. Ini berlaku bukan hanya pada masa Rasulullah, tapi sekarang dan masa yang akan datang hingga hari kiamat”

“Rukyah itu ada 2 macam, rukyah baik dan tidak baik. Rukyah yang baik biasanya yang pengobatannya dengan membacakan ayat suci al-Qur’an dan do’a-do’a dari Rasulullah serta ulama. Biasanya dibacakan untuk menghilangkan penyakit yang datang dari jin, setan serta roh-roh jahat atau penyakit yang tidak tahu penyebabnya. Sedangkan rukyah yang tidak benar, datang dari setan, do’anya bukan bersumber dari al-Qur’an dan Rasulullah melainkan berupa mantera-mantera atau bacaan-bacaan yang tidak jelas asalnya”

“Kadang ada ulama yang hanya menjelaskan kepada jamaahnya tentang fadhilat shalawat, sementara keutamaan membaca al-Qur’an tidak banyak diuraikan. Padahal tadarrus al-Qur’an lebih besar fadhilatnya daripada shalawat. Membaca al-Qur’an itu, satu huruf saja tanpa wudhu sudah dapat nilai 10 kebajikan. Sedangkan jika berwudhu sama dengan 70 kebajikan. Kalau dalam shalat bisa mencapai 700 kebaikan.Bayangkan pula kalau  sampai 1 surah. Asalkan membacanya ikhlas, kalau riya atau sum’ah maka pahalanya akan hilang”.

“Melagukan al-qur’an itu hukumnya bermacam-macam. Bisa Haram apabila lagu mengaji dibuat semacam dangdutan jaipongan. Makruh dengan lagu-lagu kasidah yang arahnya agak mirip dengan dangdut, atau berlebih-lebihan dalam membawakan lagi. Sedangkan yang mubah (boleh) dan sunnah adalah lagu-lagu yang sudah ditentukan imam-imam qira’ah, yakni 7 lagi pokok seperti Bayati, Shaba, Sikah dengan cabang-cabang tersendiri itu”. 

“Berbeda dengan membaca shalawat, walaupun dalam keadaan riya’ (pamer) yang bersangkutan tetap dapat pahala. Kenapa ? Karena sifatnya pujian kepada Rasulullah, tetap diberi penghargaan. Sementara tadarrus al-Qur’an yang menilai langsung Allah”.

“Seseorang yang membaca al-Qur’an dengan tadabbur akan dapat melihat kelemahan dan kekurangan dirinya, akan dapat melihat kebaikan dan kekurangannya serta akibat-akibat atau nasib para pelakunya”

“Setidaknya ada 7 (tujuh) amalan sunnah yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah, yaitu shalat tahajjud, tadabbur al-Qur’an, shalat subuh berjama’ah, shalat dhuha, sedekah, menjaga wudhu dan dzikir”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar