Drs. H. Muhammad Abduh Amrie, MA lahir di Bitin, Kabupaten Hulu Sungai
Utara, Minggu, 2 Mei 1962 M (bertepatan dengan 27 Zulqa'dah 1381 H). Pendidikan MI Sha;atiyah Bitin, untuk tingkatan MTs dan
Madrasah Aliyah diselesaikan di Pondok Pesantren Rakha Amuntai. Kemudian
melanjutkan kuliah pada Fakultas Dakwah IAIN Antasari Banjarmasin, sedang S-2
beliau tempuh di Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta (2007).
Beliau sekarang menjadi Dosen pada Fakultas Da’wah IAIN Antasari, dengan
jabatan di almamaternya adalah sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Dakwah.
Berbagai prestasi beliau torehkan, terutama dalam bidang seni baca
al-Qur’an, diantaranya Juara I MTQ Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan di
Amuntai (1983), Juara I MTQ Propinsi Kalimantan Tengah (1987), Juara III MTQ
Tingkat Provonsi Kalsel di Kotabaru (1994). Tahun 1997 mengikuti MTQ Tingkat
nasional di Pekanbaru dan memperoleh juara Harapan I. Kemudian tahun 2004 pada
ajang MTQ Tingkat propinsi di Banjarmasin mendapat juara II, serta menjadi
juara I pada MTQ tingkat Propinsi di Banjarbaru (2005).
Disamping menjadi peserta MTQ, beliau juga pernah menjadi Dewan Hakim
MTQ/ STQ Tingkat Propinsi sampai Tingkat nasional. Adapun kitab/buku atau risalah yang beliau
tulis disele-sela kesibukannya, diantaranya adalah: “Qari-qari’ah Kalsel yang
berprestasi di Tingkat Nasional dan Internasional”. “ Bimbingan Pelaksanaan
Adzan, imam shalat dan khatib jum’at”.
Diantara kalam beliau:
“Allah memang menciptakan bala atau bencana, tapi manusia sendiri
yang mengundang bencana tersebut. Perbuatan-perbuatan maksiat dan ulah manusia
sendiri yang mengundang bencana tersebut. Kita seharusnya banyak menghadirkan
Rasulullah di sekitar kita (dengan) banyak membaca shalawat di majelis taklim,
di rumah, atau dimana saja kita berada. (karena) dalam satu ayat di surah
at-Taubah, Allah mengatakan “tidak akan menyiksa atau menurunkan bala, selama
Rasulullah ada di tempat kamu”, artinya, perbanyaklah shalawat untuk
menghadirkan Rasulullah, menjauhkan dari bala bencana. Ini berlaku bukan hanya
pada masa Rasulullah, tapi sekarang dan masa yang akan datang hingga hari
kiamat”
“Rukyah itu ada 2 macam, rukyah baik dan tidak
baik. Rukyah yang baik biasanya yang pengobatannya dengan membacakan ayat suci
al-Qur’an dan do’a-do’a dari Rasulullah serta ulama. Biasanya dibacakan untuk
menghilangkan penyakit yang datang dari jin, setan serta roh-roh jahat atau
penyakit yang tidak tahu penyebabnya. Sedangkan rukyah yang tidak benar, datang
dari setan, do’anya bukan bersumber dari al-Qur’an dan Rasulullah melainkan
berupa mantera-mantera atau bacaan-bacaan yang tidak jelas asalnya”
“Kadang ada ulama yang hanya menjelaskan kepada jamaahnya tentang
fadhilat shalawat, sementara keutamaan membaca al-Qur’an tidak banyak diuraikan.
Padahal tadarrus al-Qur’an lebih besar fadhilatnya daripada shalawat. Membaca
al-Qur’an itu, satu huruf saja tanpa wudhu sudah dapat nilai 10 kebajikan.
Sedangkan jika berwudhu sama dengan 70 kebajikan. Kalau dalam shalat bisa
mencapai 700 kebaikan.Bayangkan pula kalau
sampai 1 surah. Asalkan membacanya ikhlas, kalau riya atau sum’ah maka
pahalanya akan hilang”.
“Melagukan al-qur’an itu hukumnya bermacam-macam. Bisa Haram
apabila lagu mengaji dibuat semacam dangdutan jaipongan. Makruh dengan
lagu-lagu kasidah yang arahnya agak mirip dengan dangdut, atau berlebih-lebihan
dalam membawakan lagi. Sedangkan yang mubah (boleh) dan sunnah
adalah lagu-lagu yang sudah ditentukan imam-imam qira’ah, yakni 7 lagi pokok
seperti Bayati, Shaba, Sikah dengan cabang-cabang tersendiri itu”.
“Berbeda dengan membaca shalawat, walaupun dalam keadaan riya’
(pamer) yang bersangkutan tetap dapat pahala. Kenapa ? Karena sifatnya pujian
kepada Rasulullah, tetap diberi penghargaan. Sementara tadarrus al-Qur’an yang
menilai langsung Allah”.
“Seseorang yang membaca al-Qur’an dengan
tadabbur akan dapat melihat kelemahan dan kekurangan dirinya, akan dapat
melihat kebaikan dan kekurangannya serta akibat-akibat atau nasib para
pelakunya”
“Setidaknya ada 7 (tujuh) amalan sunnah yang
tidak pernah ditinggalkan Rasulullah, yaitu shalat tahajjud, tadabbur
al-Qur’an, shalat subuh berjama’ah, shalat dhuha, sedekah, menjaga wudhu dan
dzikir”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar