Senin, 10 April 2017

Prof.DR. H. MUHAMMAD GAZALI, M.Ag




Prof. DR. HM. Gazali, M.Ag  bin H. Asikin, lahir di Alabio, Amuntai, Senin,  1 Juni 1959 M (Bertepatan dengan 24 Zulqa'dah 1378 H). Beliau adalah guru besar di IAIN Antasari Banjarmasin dalam bidang Tafsir (2006).


Setelah SD dan SMIP beliau meneruskan ke Pondok Modern Gontor Ponorogo selama 4 tahun selesai tahun 1979. Karena ingin mendapatkan ijazah negeri, beliau kembali masuk Madrasah Tsanawiyah selama 1 tahundi Alabio (1980) dan Madrasah Aliyah Negeri Amuntai selama 1 tahun (1981). Selanjutnya beliau masuk Fakultas Syari’ah pada IAIN Antasari (lulus 1988). S-1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1992-1995) hingga meraih gelar M.Ag. Dan pada perguruan tinggi yang sama beliau meraih gelar doctor.

Beliau adalah dosen di berbagai perguruan tinggi, diantaranya Sekolah Tinggi Ilmu al-Qur’an (STIQ) Amuntai, STAI al-Falah Banjarbaru, STAI Darussalam Martapura, dan STIT Syekh Muhammad Nafis di Jaro Kab. Tabalong.
Beliau juga aktif dalam kegiatan jamaah tabligh hingga berdakwah sampai ke Bangladesh, India, Pakistan dan lain-lain.
Banyak kitab atau buku yang beliau tulis, diantaranya : Kitab Ulumul Hadits (2002) dan Ulum Qur’an (2003). Beliau meninggal pada Senin, 18 Agustus 2008 M (bertepatan dengan 15 Sya'ban 1429 H) dan di makamkan di Kompleks Ponpes al-Falah Banjarbaru.

Diantara kalam beliau:

“Karena itu pepohonan kalau diberi cinta dan kasih sayang dengan dibisikkan kata-kata kebaikan,maka kita juga akan menerima cinta darinya, tumbuh subur serta bermanfaat”.
“Kalau mau punya sayap indah yang menjadi pujaan dan kekaguman orang-orang, maka binatang lemah tidak berdaya seperti ulat saja berpuasa, untuk menjadikupu-kupu gagah, ulat harus berkhalwat atau bertapa didalam kepompong selama 13 hari 13 malam. Begitupula manusia, agar bisa menjadi pribadi tenang dan berakhlak mulia harus memiliki ketahanan jiwa. Dan puasa yang berarti menahan diri dari segala hawa nafsu, merupakan jalan paling efektif mewujudkan itu”.
“Sedekah itu ibarat air hujan, orang yang memberi dengan ikhlas akan mendapat ganjaran lebih. Segala air yang berada diseluruh penjuru, mengalir melalui daerah aliran sungai yang muaranya ke laut. Laut ibarat ibu bijak yang bersedia menampung segala persoalan dan keluh kesah. Penguapan air laut yang terus menerus, pada akhirnya menurunkan air hujan dari langit”.
“Orang yang terbiasa dibantu dan tergantung, sama artinya dengan memenjarakan hidupnya dalam tirani ketiada berhargaan. Orang yang terbiasa mengemis kehilangan harga diri, ditebus oleh orang yang memberi. Ini sebuah ejekan bahwa kita adalah orang dibawah”.


“Rezeki yang didistribusikan kepada sesama, ibarat mata air dalam sumur, semakin sering ditimba untuk orang lain, semakin deras pula mata air akan mengisi kembali sumur itu”.
“Kita  harus selalu berbaik sangka pada Allah, bahwa kehendak-Nya itulah yang terbaik bagi kita. Siapa tahu dengan kegagalan tersebut kita akan lebih berhasil di bidang lain. Kalau tidak sekarang, bisa jadi nanti. Contohlah petani, ketika tahun ini gagal mereka tetap  menanam  padi. Terbukti, dimusim berikutnya mereka bisa menikmati panen. Artinya, kegagalan itu merupakan sebuah kewajaran. Seperti pisau, semakin ditempa semakin tajam. Justru dengan kegagalan itu, orang termotivasi untuk lebih meningkatkan ikhtiar”.
“Selalu istiqamah, kekalkan tahajud dan puasa, niscaya berbagai macam ujian bisa kita hadapi.Kalau kita dekat dengan Allah, maka jalan hidup bakal dimudahkan”.
“Puasa adalah hajat manusia yang penuh fadhilat dan rahasia untuk melatih kesabaran dalam menghadapi berbagai cobaan di dunia ini. Seperti firman-Nya : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang yang sabar…(Qs. Al-Baqarah (2) : 155-157)”.Jadi untuk menghadapi berbagaicobaab tersebut, kita perlu puasa. Dengan terbiasa puasa, akhirnya bisa menghadapi cobaan hidup dengan sabar, tidak resah dan gelisah”.


“Al-Qur’an itu tidak dilihat dari juz atau surahnya, tapi dari 5 komponen yang terkandung didalamnya, yaitu keyakinan (ash-shahadah), harapan (as-sholah), pertahanan (as-shaum), kaya (zakat, infak) dan mengenal (al-Hajj)”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar