Prof. DR.
HM. Gazali, M.Ag bin H. Asikin, lahir di
Alabio, Amuntai, Senin, 1 Juni 1959 M (Bertepatan dengan 24 Zulqa'dah 1378 H). Beliau adalah guru besar di IAIN Antasari
Banjarmasin dalam bidang Tafsir (2006).
Setelah SD dan
SMIP beliau meneruskan ke Pondok Modern Gontor Ponorogo selama 4 tahun selesai
tahun 1979. Karena ingin mendapatkan ijazah negeri, beliau kembali masuk
Madrasah Tsanawiyah selama 1 tahundi Alabio (1980) dan Madrasah Aliyah Negeri
Amuntai selama 1 tahun (1981). Selanjutnya beliau masuk Fakultas Syari’ah pada
IAIN Antasari (lulus 1988). S-1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1992-1995)
hingga meraih gelar M.Ag. Dan pada perguruan tinggi yang sama beliau meraih
gelar doctor.
Beliau adalah
dosen di berbagai perguruan tinggi, diantaranya Sekolah Tinggi Ilmu al-Qur’an
(STIQ) Amuntai, STAI al-Falah Banjarbaru, STAI Darussalam Martapura, dan STIT
Syekh Muhammad Nafis di Jaro Kab. Tabalong.
Beliau juga aktif dalam kegiatan jamaah tabligh hingga berdakwah sampai ke
Bangladesh, India, Pakistan dan lain-lain.
Banyak kitab atau
buku yang beliau tulis, diantaranya : Kitab Ulumul Hadits (2002) dan Ulum Qur’an
(2003). Beliau meninggal pada Senin, 18 Agustus 2008 M (bertepatan dengan 15 Sya'ban 1429 H) dan di makamkan di Kompleks Ponpes
al-Falah Banjarbaru.
Diantara kalam beliau:
“Karena itu
pepohonan kalau diberi cinta dan kasih sayang
dengan dibisikkan kata-kata kebaikan,maka kita juga akan menerima cinta
darinya, tumbuh subur serta bermanfaat”.
“Kalau mau
punya sayap indah yang menjadi pujaan dan kekaguman orang-orang, maka binatang
lemah tidak berdaya seperti ulat saja berpuasa, untuk menjadikupu-kupu gagah,
ulat harus berkhalwat atau bertapa didalam kepompong selama 13 hari 13 malam.
Begitupula manusia, agar bisa menjadi pribadi tenang dan berakhlak mulia harus
memiliki ketahanan jiwa. Dan puasa yang berarti menahan diri dari segala hawa
nafsu, merupakan jalan paling efektif mewujudkan itu”.
“Sedekah itu
ibarat air hujan, orang yang memberi dengan ikhlas akan mendapat ganjaran lebih.
Segala air yang berada diseluruh penjuru, mengalir melalui daerah aliran sungai
yang muaranya ke laut. Laut ibarat ibu bijak yang bersedia menampung segala
persoalan dan keluh kesah. Penguapan air laut yang terus menerus, pada akhirnya
menurunkan air hujan dari langit”.
“Orang yang
terbiasa dibantu dan tergantung, sama artinya dengan memenjarakan
hidupnya dalam tirani ketiada berhargaan. Orang yang terbiasa mengemis
kehilangan harga diri, ditebus oleh orang yang memberi. Ini sebuah ejekan bahwa
kita adalah orang dibawah”.
“Rezeki yang
didistribusikan kepada sesama, ibarat mata air dalam sumur, semakin sering
ditimba untuk orang lain, semakin deras pula mata air akan mengisi kembali
sumur itu”.
“Kita harus selalu berbaik sangka pada Allah, bahwa
kehendak-Nya itulah yang terbaik bagi kita. Siapa tahu dengan kegagalan
tersebut kita akan lebih berhasil di bidang lain. Kalau tidak sekarang, bisa
jadi nanti. Contohlah petani, ketika tahun ini gagal mereka tetap menanam padi. Terbukti, dimusim berikutnya mereka bisa
menikmati panen. Artinya, kegagalan itu merupakan sebuah kewajaran. Seperti pisau,
semakin ditempa semakin tajam. Justru dengan kegagalan itu, orang termotivasi
untuk lebih meningkatkan ikhtiar”.
“Selalu
istiqamah, kekalkan tahajud dan puasa, niscaya berbagai macam ujian bisa kita
hadapi.Kalau kita dekat dengan Allah, maka jalan hidup bakal dimudahkan”.
“Puasa adalah
hajat manusia yang penuh fadhilat dan rahasia untuk melatih kesabaran dalam
menghadapi berbagai cobaan di dunia ini. Seperti firman-Nya : “Dan sungguh akan
Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang yang
sabar…(Qs. Al-Baqarah (2) : 155-157)”.Jadi untuk menghadapi berbagaicobaab
tersebut, kita perlu puasa. Dengan terbiasa puasa, akhirnya bisa menghadapi
cobaan hidup dengan sabar, tidak resah dan gelisah”.
“Al-Qur’an itu
tidak dilihat dari juz atau surahnya, tapi dari 5 komponen yang terkandung
didalamnya, yaitu keyakinan (ash-shahadah), harapan (as-sholah), pertahanan
(as-shaum), kaya (zakat, infak) dan mengenal (al-Hajj)”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar