Sabtu, 05 Agustus 2017

KH. MUHAMMAD RAMLI


KH. Muhammad Ramli, lahir di Rantau Bujur Hilir, Amuntai, Sabtu, 8 Agustus 1942 M (bertepatan dengan 25 Rajab 1361 H). Beliau adalah pendiri dan pengasuh pondok pesantren "Mathlaul Anwar" Sungai Tabukan Alabio. Pernah menjadi Wakil Rais Syuriyah NU cabang Alabio periode 2009-2014. Dan sekarang aktif berkecimpung di Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Hulu Sungai Utara sebagai Ketua Bidang Fatwa, Hukum dan Perundang-undangan. Pada Konferensi Wilayah Nahdlatul Ulama Kalsel pada Desember 2017 beliau dipercaya sebagai Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Propinsi Kalimantan Selatan Periode 2018-2023.

Disela-sela aktivitas berdakwah, beliau masih berkesempatan mengarang sebuah buku/ kitab yang berjudul “50 Mas’alatan Waqi’iyyatan”, yang membahas tentang pokok-pokok ataupun dalil-dalil yang menjadi hujjah amaliah dikalangan an-Nahdliyah.


Diantara kalam beliau: 

"Hendaknya kita berhati-hati dalam memilih guru, ustadz yang mengajarkan agama. Bergurulah atau carilah guru yang menguasai/ mengerti al-Qur'an dan sunnah Rasul. Seandainya seorang anak kecil yang mengajarkan ilmu agama, tetapi dia menguasai dan berpegang pada al-Qur'an dan sunnah Rasul, maka harus diikuti. Namun, meskipun yang mengajarkan  ilmu itu seorang ulama besar, orang yang mulia, seorang wali tetapi menyimpang dari ajaran dan sunnah rasul maka wajib ditolak".

“Ummat Islam harus menghindari tindakan yang mengarah ke bughat (melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan yng sah, pen) sebab, keta’atan terhadap ulil amri, bermakna tidak keluar dengan mengangkat senjata, melakukan revolusi, meskipun tidak sesuai aspirasinya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar