Drs. M. Arni, M.Fil lahir di Kota Raja, Kecamatan Amuntai Selatan, Sabtu, 10 November 1962 M (bertepatan
dengan 12 Jumadil Akhir 1382 H). Sekarang beliau adalah dosen dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama pada Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin. Juga sebagai Ketua
Komisi Bidang Pengkajian dan Penelitian pada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota
Banajarmasin.
Diantara kalam
beliau:
“Dengan
memposisikan amaliah sunnah menjadi wajib bagi diri, maka kita semakin cinta
kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Banyak beramal dan menyebut asma Allah, maka
hati damai dan bergetar jika mendengar asma Allah. Ketika seseorang jatuh cinta
kepada lawan jenis, ada yang sampai menangis karena saking cintanya dan takut
kehilangan. Lalu pernahkah kita merasa takut dan cinta kepada Allah Subhanahu
wa ta’ala hingga air mata menetes menangis? Beramal dan berdo’a penuh ikhlas
memohon keridhaan-Nya diiringi cucuran
air mata?”
“Nikmatnya
cinta kepada Allah itu, hikmahnya akan menjaga hidup kita setiap saat. Mau
tidur ingat Allah, bangun tidur ingat Allah, mau makan ingat Allah, mau kerja
ingat Allah. Mau berbuat maksiat menjadi takut, karena selalu ingat dengan
al-Khaliq. Mulut, telinga, tangan, kaki, semua anggota badan jadi terjaga”.
“Kemampuan kasyaf atau mendapatkan malaikat menemani
kita, bukan didapat dari bersemedi atau balampah tetapi hasil dari upaya kiya
bertaqarrub kepada Allah.”
“Pada dasarnya bersahabat dengan jin lebih banyak mudharatnya daripada
manfaatnya, karena itu lebih baik tidak usah”.
“Untuk mengusir (jin yang mengganggu) dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
jarak jauh melalui ruqyah
(membersihkan melalui bacaan al-Qur’an) dan kekuatan do’a. Sedang jarak dekat,
medianya melalui air yang diceceri disekeliling rumah atau didalam bangunan”.
“Kalau kita masih memakai
budaya-budaya luar, berarti belum sepenuhnya mengamalkan Islam. Padahal kita
disuruh masuk Islam itu secara Keseluruhan dan utuh (kaffah). Jangan
setengah-setengah”.
“Mengenai tawassul ada dua pendapat, Pertama. Bagi mereka yang
membolehkan beranggapan kalau kita hendak menemui presiden atau bupati tentu
melalui ajudan yang dekat dengan presiden atau bupati itu. Nah, begitu pula
untuk mendekati Tuhan melalui orang yang dekat, yaitu lewat perantara para
wali. Kedua, bagi mereka yang tidak setuju tawassul karena dalam agama kita
disuruh berdo’a langsung kepada Allah. Dalam al-Qur’an surah al-Mukmin ayat 60
disebutkan : “Berdo’alah kepada-Ku niscaya Kuperkenankan bagimu”. Jadi,
tergantung keyakinan masing-masing orang, tapi tidak boleh saling menyalahkan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar