Sabtu, 12 Agustus 2017

Drs. M. ARNI, M. Fil




Drs. M. Arni, M.Fil lahir di Kota Raja, Kecamatan Amuntai Selatan, Sabtu, 10 November 1962 M (bertepatan dengan 12 Jumadil Akhir 1382 H). Sekarang beliau adalah dosen dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama  pada Fakultas Ushuluddin  IAIN Antasari Banjarmasin. Juga sebagai Ketua Komisi Bidang Pengkajian dan Penelitian pada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Banajarmasin.



Diantara kalam beliau:

“Dengan memposisikan amaliah sunnah menjadi wajib bagi diri, maka kita semakin cinta kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Banyak beramal dan menyebut asma Allah, maka hati damai dan bergetar jika mendengar asma Allah. Ketika seseorang jatuh cinta kepada lawan jenis, ada yang sampai menangis karena saking cintanya dan takut kehilangan. Lalu pernahkah kita merasa takut dan cinta kepada Allah Subhanahu wa ta’ala hingga air mata menetes menangis? Beramal dan berdo’a penuh ikhlas memohon keridhaan-Nya  diiringi cucuran air mata?”

“Nikmatnya cinta kepada Allah itu, hikmahnya akan menjaga hidup kita setiap saat. Mau tidur ingat Allah, bangun tidur ingat Allah, mau makan ingat Allah, mau kerja ingat Allah. Mau berbuat maksiat menjadi takut, karena selalu ingat dengan al-Khaliq. Mulut, telinga, tangan, kaki, semua anggota badan jadi terjaga”.

Kemampuan kasyaf atau mendapatkan malaikat menemani kita, bukan didapat dari bersemedi atau balampah tetapi hasil dari upaya kiya bertaqarrub kepada Allah.”

“Pada dasarnya bersahabat dengan jin lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya, karena itu lebih baik tidak usah”.

“Untuk mengusir (jin yang mengganggu) dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu jarak jauh melalui ruqyah (membersihkan melalui bacaan al-Qur’an) dan kekuatan do’a. Sedang jarak dekat, medianya melalui air yang diceceri disekeliling rumah atau didalam bangunan”.

“Kalau kita  masih memakai budaya-budaya luar, berarti belum sepenuhnya mengamalkan Islam. Padahal kita disuruh masuk Islam itu secara Keseluruhan dan utuh (kaffah). Jangan setengah-setengah”.

“Mengenai tawassul ada dua pendapat, Pertama. Bagi mereka yang membolehkan beranggapan kalau kita hendak menemui presiden atau bupati tentu melalui ajudan yang dekat dengan presiden atau bupati itu. Nah, begitu pula untuk mendekati Tuhan melalui orang yang dekat, yaitu lewat perantara para wali. Kedua, bagi mereka yang tidak setuju tawassul karena dalam agama kita disuruh berdo’a langsung kepada Allah. Dalam al-Qur’an surah al-Mukmin ayat 60 disebutkan : “Berdo’alah kepada-Ku niscaya Kuperkenankan bagimu”. Jadi, tergantung keyakinan masing-masing orang, tapi tidak boleh saling menyalahkan”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar