Rabu, 02 Agustus 2017

H. NAWAWI ABDURRAUF, S.Ag., M.M.Pd




H. Ahmad Nawawi Abdurrauf, S.Ag, M.M.Pd bin Sidik bin Muhammad Amin. Beliau lahir di Amuntai, Selasa, 12 Oktober 1971 M (bertepatan dengan 21 Sya’ban 1391 H). Berlatar belakang pendidikan dunia madrasah, yaitu Madrasah Ibtidaiyah “Darussalam” Pelaihari, tingkatan Tsanawiyahnya juga di Pelaihari. Kemudian melanjutkan ke Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Banjarmasin. Dan juga pernah belajar di Lembaga Pendidikan Kader Dakwah Praktis (LPKDP)  asuhan KH. Rafi’i Hamdi.
Setelah lulus sarjana agama di IAIN Antasari Banjarmasin, melanjutkan kuliah S-2 di Universitas Nusantara (Uninus) Bandung, Jawa Barat. Sekarang menempuh program studi S-3 untuk program Doktoral.
Beliau pernah menjadi da’i di Rumah Sakit “Ulin” Banjarmasin (1996-2001). Kemudian kembali ke Amuntai menjadi Pembina rohani (Rohis) di Rumah Sakit “Pembalah Batung” Amuntai (2001- sekarang), yaitu memberikan penyuluhan agama terhadap pasien dan keluarga serta para penjenguk.
Tahun 1995 terpilih sebagai juara I Da’i Muda Tingkat nasional. Kemudian tahun 2003 sebagai penyuluh PAI Teladan Tingkat Kab. HSU. Dan tahun 2005 menjadi teladan I Penyuluh Agama Islam tingkat Propinsi Kalimantan Selatan.
Beberapa jabatan pernah beliau pegang diantaranya Ketua Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh) Kementerian Agama Kab. HSU, Ketua Umum FK DMI Wilayah Kalsel, Ketua Umum Majelis Pengurus Daerah Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Muda Kab. HSU. Sekretaris Umum BKPRMI, Ketua Bidang Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB).
Disamping itu beliau juga menjadi Wakil Ketua P2TP2A, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Amuntai Tengah, serta Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu ‘At-Taubah” di Lembaga Pemasyarakatan Amuntai.

Diantara kalam beliau:

Bagi setiap orang, kematian adalah suatu kepastian, tapi yang membedakan tentu ; kapan waktunya dia meninggal, dimana tempat dia meninggal dan bagaimana caranya ? Ini yang membedakannya. Perbedaan ini akan terlihat dari aktifitas kita sehari-hari. Dalam bahasa agama, seluruh apa yang dia lakukan bernuansa ibadah pada Allah Subhanahu wa ta’ala. Kita berharap nantinya ketika umurkita habis, atau ketika meninggal, Pertama, kita dijemput pada waktu yang tepat. Apa waktu yang tepat itu, (yaitu) kita (dijemput) dalam keadaan beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, seperti pada saat kita baca al-Qur’an, pada saat sujud, pada saat kita dzikir. Yang kedua, kita berharap bahwa dimana nantinya kita meninggal, itu tempatnya adalah yang baik, seperti di mesjid, di langgar, atau kalau bisa di mesjidil haram, dan tempat-tempat yang secara dzahir menunjukkan kita termasuk orang-orang yang dirahmati Allah Subhanahu wa ta’ala. Atau ketiga, rahasia kematian itu berupa caranya yang baik, misalnya kita berharap mudah-mudahan saat akhir hayat, kita berserah diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, kita (dapat) mengucapkan kalimat La ilaha illallah”.

“Seorang muslim yang senang menghadiri majelis-majelis taklim akan memeperoleh ketenangan bathin dan cahaya ilmu. Majelis taklim merupakan bagian dari upaya seorang muslim untuk terus berdzikir kepada Allah. Selain itu juga sebagai cara untuk menambah ilmu sebelum mengerjakan amal (perbuatan). (dengan) mengikuti majelis taklim juga dapat memeperkuat ukhuwah Islamiyah dan memunculkan ketenangan bathin”.

“Puasa yang benar akan dapat merubah tabiat dan membentuk karakter, seperti halnya puasanya ulat hingga menjadi kupu-kupu”.

“Setiap bacaan dzikir, setiap bacaan al-Qur’an, dan wirid adalah dokter yang terdekat dengan kita”.


“Kita harus memahami bahwa, setiap musibah itu tentu ada cara Allah mengingatkan kepada kita, agar kita ingat kepada-Nya. Sebagaimana tersebut dalam al-Qur’an surah at-Taghabuun (64) : 11, “Tidak ada suatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali atas izin Allah, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, maka Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

“Kita mengetahui bahwa, merebaknya wabah (virus corona) adalah bagian daripada takdir Allah Subhanahu wa ta’ala kepada kita semua. Jadi Allah sudah mentakdirkan kepada kita bahwa saat ini kita dicoba oleh Allah Subhanahu wa ta’ala berupa makhluknya yang sangat kecil, tidak kelihatan, tetapi efeknya, dampaknya kepada kesehatan, kepada manusia sangat besar sekali. Yang pertama adalah bahwa kita harus menyakini bahwa itu adalah takdir Allah subhanahu wa ta’ala. Kenapa? Karena percaya kepada takdir adalah bagian dari keimanan kita kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Tapi jangan lupa, Allah mentakdirkan itu, dan Allah juga menyuruh kita supaya berusaha yang dalam bahasa agamanya disebut tawakkal. Tawakkal itu artinya dia berusaha menghindar, berusaha mengobati, berusaha menuruti aturan, kemudian dia tidak lupa untuk berhubungan terus kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, apakah dalam bentuk ibadah, dalam bentuk aktivitas sosial sehingga antara usaha, ikhtiar, do’a itu bagian dari tawakkal kita kepada Allah Subhanahu wa ta’ala”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar