Prof. DR.
Asmaran AS, MA bin Asmullah, lahir di
Juai, Kabupaten Hulu Sungai Utara (Sekarang masuk wilayah kabupaten Balangan), pada Sabtu, 5 Maret 1955 M (bertepatan dengan 11 Rajab 1374 H).
Pendidikan
formal pertama beliau peroleh di Pondok Pesantren “Rasyidiyah Khalidiyah”
Amuntai, lalu kuliah pada Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin.
Sedangkan jenjang Magister dan Doktoral beliau selesaikan di IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Beliau adalah
Guru Besar (Profesor) bidang tasawuf pada Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari,
sekaligus sebagai Direktur Program Pasca Sarjana IAIN Antasari Banjarmasin.
Sebagai ahli
dalam bidang kajian tasawuf, beliau juga ada menulis buku/ kitab diantaranya
“Pengantar Studi Tasawuf” dan “Pengantar Studi Akhlak”.
Diantara
kalam beliau:
“Dalam hidup ini tidak semua bisa diilmiahkan. Banyak hal yang
hanya bisa dijawab dengan kacamata supranatural. Dan, keajaiban itu terjadi,
karena orang tersebut maqamnya telah melewati dari tingkatan orang awam.
Sunnatullah itu diberikan Allah Swt berkat amaliah yang bersifat rutin”.
“Inti dari riyadhah (latihan pembiasaan) -dan mujahadah
(paksaan atau kesungguhan dalam diri
sendiri) itu adalah tarbiyah, artinya menjadi kepribadian yang
utuh. Kalau sampai
ketingkat ini, maka hati akan menegur bila kita akan berbuat kesalahan”.
“Ada ayat al-Qur’an yang menyatakan bahwa
Allah tidak menerima amal seseorang kecuali dariorang yang takwa. Maksudnya,
takwa itu memelihara diri dari perbuatan dosa, termasuk memelihara diri dari
yang haram. Kita tidak boleh mengambil barang yang haram. Barang yang haram
kalau dibawa beribadah, ibadahnya sah tapi boleh jadi ibadahnya tidak diterima.
Misalnya, shalat pakai baju hasil korupsi atau hasil mencuri. Syariaatnya benar
saja, namun belum tentu ibadah tersebut bisa diterima”.
“Ajaran sempalan (menyimpang, pen) dapat
muncul dan berkembang karena gurunya dianggap wali, jamaahnya tidak mengenal
ajaran Islam dengan baik, materi ajarannya tidak seperti yang diajarkan ulama
pada umumnya, ilmu sang guru dinggap tinggi, disampaikan secara rahasia
ditengah malam, bersikap eksklusif (tertutup) dengan menganggap orang lain
tidak sempurna keislamannya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar