Habib
Abdillah bin Abubakar bin Ibrahim bin Abubakar bin Hasan al-Habsy, lahir di Banjar, Senin, 20 Desember 1967 M (bertepatan dengan 18 Jumadil awal 1383 H), adalah Pimpinan (Rais) Majelis taklim “Ash-Shalawatiyah”
Pamintangan, Amuntai.
Setelah menyelesaikan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah di Banjarmasin, beliau
menimba ilmu di Pondok pesantren “Ibnul Amin” Pamangkih selama 7 tahun,
kemudian melanjutkan ke pondok pesantren “Darussalam” Martapura selama +
4 tahun.
Habib Abdillah banyak menyampaikan pengajian pada beberapa majelis taklim
baik mingguan taupun tengah bulanan, seperti majelis mingguan yang berada di
desa Pamintangan, Sungai Turak, Panawakan, haur gading, dan sebagainya.
Sedangkan yang berada di luar daerah, seperti
Ampah, Mahe, Barabai, Pantai Hambawang, jangkung (Tanjung), dan
sebagainya diselenggarakan setiap 2 minggu sekali.
Beliau adalah menantu KH. Muhammad Janawi. Dari Hj. Uflihah beliau
dianugerahi beberapa orang permata hati, yaitu Habib Ali Zainal Abidin, Habib
Muhammad Alwi, Sayyid Amin Kutbi, Sayyid Ibrahim, Sayyid Aqil dan Sayyid
Muhammad Faqih Muqaddam. Sedangkan dari istrinya yang bernama Syarifah
Mu’tiah dianugerahi Syarifah Norsyifa, Syarifah Maharani dan Sayyid
Muhammad Tahir. Dan dari istri Norhasanah, beliau dianugerahi Sayyid
Salim dan Syarifah Norjannah.
Diantara
kalam beliau:
“Ibaratnya, amun kita baisi (mempunyai) sepeda motor buruk
lalu kita isi dengan bensin murni, (maka) bawa ka banjar, tambus
(sampai), ke Puruk Cahu, tambus, karena bensinnya murni. (Tapi) coba kita bawa,
meskipun motornya hanyar tapi kita isi dengan bensin campuran, paling sampai
Pantai Hambawang, mesinnya dadarudut. Demikian pula, bila tubuh kita tamakan
atau taminum nang haram, maka orang yang dulunya rajin sembahyang, bakoler
(malas), ada ceramah agama, koler, ada undangan maulid, koler. Tapi mun ada
acara bamusik, orkes capat, (padahal) nang panyanyinya, pemain musiknya, nang
umpat bahadir, bajoget-joget haram”.
“Mengapa kita harus bergembira ketika dibacakan marhaban, adalah
karena yang datang adalah Rasulullah. Sama seperti seorang cucu bergembira
ketika melihat kakeknya datang, dan kakekpun senang melihat cucunya. Demikian
pula kita, hendaknya mengungkapkan kegembiraan bertemu Rasulullah”.
“Maulid Rasulullah itulah yang akan mendinginkan. Mengambil I’tibar
dari peristiwa Isra Mi’raj, sewaktu Nabi kita dibawa berkunjung ke dalam
neraka, tiba-tiba neraka menjadi dingin, ada apa gerangan ? ternyata Rasulullah
masuk (melihat) ke dalam neraka Jahannam. Itu sebagai contoh, bila dirumah kita
tu rancak bakalahian (sering berkelahi), atau panasan, baik kita
bacakan shalawat, dingin tu rumah sampiyan”
“Aku melihat sendiri wudhu banyak salah, shalat banyak luput karena kada
belajar. Kalau kita kada belajar, beribadah apapun di dunia apabila kita kada
berguru, kada belajar dengan tuan guru dikampung, maka ibadah kita ditolak
Allah Subhanahu wa ta’ala, apabila ditolak berarti neraka menunggu”.
“Ujar Nabi, apabila kita telah salam (membaca) Assalamu’alaikum
wa rahmatullahi wa barakatuhu, letakkan tangan kamu diubun-ubun, lalu
ucapkan “Bismillahil ladzi huwarrahmanurrahiim”, jangan tuturutan langsung menyapuakan
kamuha (mengusap wajah) . Kada tahu karena kada balajar”
“Beramal tanpa ilmu tidak akan memberikan manfaat apa-apa, Allah
SWT tidak akan menerima amalan yang dilakukan tanpa ilmu, untuk itulah hadits
nabi menyuruh kita menuntut ilmu sejak lahir hingga mati”.
Ada pang sedikit salah..bini sidin no 2 Siti mu'tiah bukan Syarifah ,,dan anak dari bini k3 Syarifah ruqayyah bukan Syarifah norjannah.... sedikit meluruskan🙏🙏🙏
BalasHapusSebagian biografi beliau penulis kutip dari ekspos Skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Antasari : Sartuni, S.Sos (2018) "Strategi Komunikasi Dakwah Habib Abdillah bin Abu Bakar al-Habsyi terhadap Majelis Taklim Ash-Shalawatiyyah Kabupaten Hulu Sungai Utara".
BalasHapusHasil wawancara pribadi (Sartuni,S.Sos) dengan Habib Abdillah bin Abu Bakar al-Habsyi, Agustus 2017, hal. 24