Drs. H. Bahran Noor Haira, M.Ag adalah seorang ahli filsafat. Lahir di
Amuntai, Minggu, 10 Oktober 1948 M (bertepatan dengan 6 Zulhijjah 1367 H). Berpendidikan Ponpes Normal Islam Amuntai. Beliau
adalah lulusan terbaik Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
(1976).
Karir dimulai sebagai Wakil Dekan Fakultas Ushuluddin (1981-1984), Pembantu
Dekan II Fakultas Ushuluddin (1984-1989, 1992-1997 dan 1997-2000) hingga
diangkat menjadi Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin
(2000-2004). Berhasil menyelesaikan Program Pasca Sarjana IAIN Antasari
Banjarmasin (2006).
Beliau adalah cendekiawan muslim yang handal dalam bidang filsafat. Di
antara buku-buku/kitab yang beliau tulis diantaranya adalah: Kitab-Kitab
Tauhid dalam Masyarakat Muslim Kalsel, kebebasan manusia dan kekuasaan Tuhan
(2000), Karakteristik filsafat Barat dan Filsafat islam dalam Konteks
Kemanusiaan (2003), Misticisme di Kalsel (1985), Pengajian Tauhid
dan Pengajian Tasawuf (1995), Mencari Titik Temu agama-agama (2000),
dan lain-lain.
Sekarang beliau menjadi pengurus Nahdlatul ‘Ulama (NU) Propinsi kalimantan
Selatan dan Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalsel.
Diantara kalam beliau:
“Jika kita mau ketemu Tuhan, kita harus memelihara diri dan dalam
kehidupan ini banyak pantangan-pantangan”
“Shalat itu intinya mendidik manusia (agar) patuh hukum. Shalat itu
bukan kepentingan Tuhan. Jika mau selamat sebagai manusia (maka) peganglah
agama dengan kuat dan baik”
“Kenapa kita dipanggil untuk berhaji ? Ini pertanda atau isyarat
bahwa manusia sering lupa dengan Allah
Swt. Dengan beribadah di rumah Allah, maka kita kembali diingatkan untuk selalu
dekat dengan Sang Pencipta”.
“Beberapa rukun haji
memiliki pesan tersirat dalam kehidupan. Perhatikan misalnya, pelaksanaan tawaf
mengelilingi Ka’bah 7 kali, ini sebagai bentuk menyakini diri selalu tidak mau
lepas dengan Allah Swt dalam kehidupan, baik pikiran dan perasaan”.
“Agar jiwa kita tidak kosong, perbanyak istighfar dan beribadah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar