Syekh KH. Muhammad Nuruddin Marbu bin H. Marbu bin Abdullah Thayyib
Hafizhahullah, lahir di Desa Harus, Amuntai, Kamis, 1 September 1960 M (bertepatan dengan 9 Rabiul Awal 1380 H).
Pendidikan dasar beliau dimulai ketikasekolah pada sebuah Madrasah
Ibtidaiyah di Harus (1973) dan pada tahun 1974 sempat melanjutkan ke Madrasah
Tsanawiyah di Ponpes Rasyidiyah Khalidiyah (Rakha) Amuntai, namun pada tahun
yang sama beliau dibawa keluarganya hijrah ke Mekkah al-Mukarramah.
Ketika di Mekkah, beliau kembali melanjutkan pendidikan formalnya di MI
Sawlathiyah hingga tamat MA tahun 1982 dengan predikat “Mumtaz’ (Cemerlang).
Dianatara guru-guru beliau, adalah syekh Hasan masysyath, syekh
AminQuthbi,syekh Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, syekh Ismail Zein al-Yamani,
syekh Said al-Lahji, syekh Muhammad Yasin al-Fadani, syekh Abdul Karim
al-Banjari, syekh Muhammad Syibli al-Banjari dan lain-lain.
Selain berguru, beliau juga menjadi guru atau mengajarkan kembali apayang
diperolehnya sewaktu belajar.Dia membuka majelis di Masjidil Haram dengan
membahas Kitab Bidayah al-Hidayah, Qathrunnadi, Fathul Mu’in dan kitab Umdat
al-Salikin.
Tahun 1983 menlanjutkan studi ke Univ. al-Azhar,Kairo pada fakultas
Syari’ah (selesai 1987), kemudian mengambil S-2 di Institut Studi Islam
Zamalik.
Setelah menyelesaikan studi di al-Azhar, beliau kemudian turut aktif
mengajar para pelajar dari Asia (Indonesoa, Singapura, Thailand, Brunei,
Malaysia) yang masih studi di al-Azhar,
dengan membuka majelis yang diberi n ama “Majelis al-Banjari Li al Tafaqquh fi
al-Din”. Sedemikian banyaknya jama’ah
yang mengikuti pengajian tersebut, sehi9ngga beliau mendapat gelar atau sebutan
sebagai “Azhar Tsani” )al-Azhar kedua).
Kemudian atas ajakan KH. Ahmad Fahmi Zamzam (lahir di Desaharus) ketika
berkunjung ke Mesir, syekh Nuruddin Marbu menerima ajakanuntuk berdakwahdi
Malaysia. Hingga tahun 1998 berpindahlah beliau ke Malaysia.
Tahun 2001, ketikaterjadi konflik politik di Malaysia, beliau memutuskan
pindah sementara ke kampung halaman di Amuntai. DiAmuntai beliau diminta untuk
mengisi berbagai majelis diantaranyadi MesjidRaya, di Majelis Taklim
al-Ma’arif, di Ponpes Rakha, ponpes asy-stafi’iyah Alabio, ponpes Ibnu Amin
Pemangkih dan lain-lain.
Sekarang beliau menetap dan mengembangkan dakwah di Bogor, Jawa Barat dan
membangun sebuah lembaga pendidikan berciri agama, yang diberi nama ”Ma’had
Zein al-Makki al-Ali Li-al Tafaqquh Fi al-Diin waTahfidz al-Qur’an.
Syekh Nuriddin Marbu adalah penulis kitab yang produktif, baik kitab yang
asli karangan beliau sendiri (taklif/mu’alif) ataupu7n berupakitab-kitab
Tahqiq, I’dad, Tahdzib wa Taqdim,Taqdim, Tartib wa taqdim. Sebagian besar kitab
yang dikarangnya berbahasa arab, diantaranya:
Dalam bidang
kajian fiqih, diantaranya:
-
Al-istihla’ Ara’ al ‘ulama hawla qawl al-lah ‘alaihi wa sallam : Lan
Yuflih
Qawn wallaw
Amruhum Imra’ah
-
Al Durar al-Bahiyah fi Idhah al-Qawa’id al fiqhiyah
-
Ma’lumat Tahammuk Hawla Asbab al Ikhtilaf Bayna al Fuqaha
-
Zubdat al Qawa’id al fiqhiyah, dll
Dalam bidang kajian tasawuf, diantaranya:
-
Al-Nafa’is al-Durar wa al-Hikam
Dalam bidang kajian hadits, diantaranya:
-
Al Ahadits al-Musalsalah
-
Ha ula ifi sabil al-Lah
-
Makanat al’Ilm wa al ulama wa adab al Thalib
-
Ha ula I lahum syafa’ah
-
Man huwa al Mahdi al Mumtadzar
-
Al Yaqin
-
Al Tamssuk bi al Kitab waal Sunnah. dll
Karangan beliau yang berupa Tahqiq atas sesuatu kitab diantaranya:
-
Al Riddah fi al Kitab wa al-Sunnah
-
Rasail Hammah wa Mabahits Qimah
-
Iqamat al-Hujjah ‘ala al-Ikhtisar fi ta’abbud Laysa bi bid’ah
-
Tahdzib al Misykat al Mashabih
-
Al Mukhtar min al Ahadits al- qudsiyyah
-
Umdat al-Salikin wa Uddat al-Nasik, dll
Kitab yang ditulis beliau dalam bahasa Indonesia Melayu, diantaranya:
-
Kedudukan orang-orang yang lemah dan miskin di sisi Allah
-
Mereka yang beradadi Jalan Allah
-
Mereka yang dibebaskan Allah dari ApiNeraka
-
Martabat Ulama. Dll.
Diantara kalam beliau:
“Allah Maha Adzhim, Allah Maha Agung,
Allah Maha hebat, kalau dengan kita-kita ashi sabarataan, murtad
sabarataan, sangkal sabarataan dan sebagainya, sedikitpun hal itu tidak
mengurangkan keagungan dan kemuliaan Allah Subhanahu wa ta’ala. Begitu pula
sebaliknya, keagungan dan kebesaran Allah, maasilah itu tidak akan berimbas
pada keagungan, Kemuliaan dan Kebesaran Allah. Allah Maha Agung, Allah ada
sebelum kita diciptakan, Allah hebat sebelum kita dijadikan, Allah hebat
sebelum ada dunia, Wallahu ‘ala kulli syai’in qadiir. Allah berkuasa
atas segala sesuatu”.
“Udzkurni sewaktu ikam sakit, udzkurni
sewaktu ikam baduit, udzkurni sewaktu banyak anak, udzkurni waktu kita cepat
menjadi, udzkurni sewaktu kita terjepit, udzkurni sewaktu kita ditindas,
udzkurni sewaktu kamu santai, udzkurni terus, kenapa ? Supaya kelihatan
potensi-potensi kebanyakkan pada diri kita, agar bisa menjadi kebanggaan,
bangga karena kita menjadi anak yang bagus, yang ta’at, yang pasti bermanfaat
bagi diri pribadi, untuk abah mama yang pertama, jiran tetangga yang kedua,
masyarakat lingkungan yang ketiga, dan untuk bangsa yang keempat”.
“Bisnis perdagangan, apakah kira-kira
dagang kain, dagang batu, dagang pasir, atau juga dengan tangkapannya iwak
haruan, paisannya, lalapannya, jualannya, makanannya, gorengannya, atau apa
saja yang kita perdagangkan. Kekayaan bukan daripada pertanian yang
ujung-ujungnya dijual, produksi ujung-ujungnya untuk dijual, pabrik
ujung-ujungnya untuk dijual, peternakan ujung-ujungnya untuk dijual. Itu hikmah
dari ayat yang berbunyi : wa zarul baii’ (Qs. Al-Jumuah (62):9) pada
hari jum’at, tinggalkanlah transaksi jual beli. Sebab tidak ada yang paling
menyibukkan manusia selain daripada perdagangan. Apapun dan dalam bidang apa
saja, dalam bidang perhubungan, dalam bidang perkantoran, dalam bidang
pendidikan, dalam istilah bahasa kita: ujung-ujungnya untuk kita perjual
belikan. Sehingga apabila kita terlibat dalam dunia bisnis apa saja, hendaknya
hal tersebut tidak menghalangi engkau dan tetaplah terhubung dengan Allah”.
“Pada saat seseorang terhubung dengan
yang Satu (Allah) maka khasyah-Nya kita dapatkan, rahamat-Nya kita
dapatkan, ketentraman-Nya kita dapatkan, kebeningannya kita dapatkan dan
keamanannya juga kita dapatkan”.
“Menjadi orang shaleh itu dapat dikarenakan
bergaul dengan orang-orang shaleh yang senantiasa ingat Allah, ingat kepada
yang Maha Pencipta, ingat kepada yang Maha hebat dan ingat kepada Yang Maha
Baik”.
“Pastikan target pengorbanan kita untuk
apa? Adakah untuk dapat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam di
akherat nanti? Tanpa pengorbanan, kita tak akan sampai kepada target yang kita
inginkan”.
“Disebabkan sikap malas kita untuk
menuntut ilmu, maka diri kita mudah ditipu orang. Makanya kita mendapat saham
dosa juga tanpa disadari” (akibat ketidaktahuan kita, pen).
“Kalau kita tidak yakin, kalau kita tidak
pasti, kalau tidak tahu, kalau tidak pernah menyimak, kalau tidak pernah
bergaul, kalau tidak pernah duduk sekali, kalau tidak pernah bertalaqqi, (maka)
sepatutnyalah kita (untuk) mendapatkan bimbingan, pengajaran, penjelasan dari
mereka, pencerahan daripada mereka dan fatwa daripada mereka”.
“Sepatah kata dalam facebook (dan sejenisnya,
pen), sepatah kata dalam youtube itu akan
abadi mungkin sampai kepada hari kiamat tersimpan abadi di dalamnya. Kalau kita
tidak berpuas hati, duduklah bertanya, tapi jangan sampai lempar batu sembunyi
tangan. Kalau kita tidak tahu, maka diam itu lebih baik. Jangan sampai kita
membicarakan sesuatu, yang tampak justru kebodohan diri kita sendiri”
“Bukan mukmin sejati jika tidak berbuat
aksi semampu kita sebagai tanda protes”
“Bilamana kita dipilih oleh Allah
Subhanahu wa ta’ala untuk hadir berjama’ah di masjid, semoga Allah Subhanahu wa
ta’ala memilih kita untuk berjama’ah ke sorga kelak”
“Kita ini diolok-olok oleh burung wallet,
sebab burung wallet tu ada orang azan kada mau datang, tabligh akbar kada mau
datang, berjamaah kada mau datang, suruh ke masjid kada mau datang. Jadi kalau
kita sama dengan burung wallet : pesantrennya hidup tapi jamahnya kada hidup,
pesantren hidup tapi ceramah agamanya kada hidup, (lalu) apa bedanya nasib kita
dengan burung wallet”.
“Kita tidak perlu pening, kada perlu
pusing, kada perlu risau, kalau sampai dunia tidak maju, sebab meskipun kita
tidak turut memikirkan dunia, maka ada dalam beberapa orang yang akan
memikirkan untuk semua kepentingannya, teknologinya, persenjataannya,
pengobatannya, komunikasinya, transportasinya, tetapi kalau dengan agama kita,
kalau tidak kita yang memikirkan, kalau tidak kita yang menggerakkan, kalau
bukan kita yang mengamalkan, siapa lagi ?”
“Apakah ada dalam ceritanya bahwa
semulia-mulianya makhluk adalah burung wallet ? Kadada ! yang ada itu, Allah
berfirman : “Kuntum khaira ummatin” (kamu merupakan sebaik-baik ummat
yang diutus Allah). Jadi mudah-mudahan kedepan, Kayakah (Desa Kayakah,
pen), bukan
hanya burung wallet yang kaya, tetapi juga dengan penduduk yang kaya dengan
iman dan yakin, kaya ibadahnya, kaya dengan wilayahnya, kaya dengan
pemikirannya, kaya dengan kebaikannya, kaya dengan keberkahannya, kaya dengan
taufik dan hidayahnya. Harapannya, kalau kita tidak menjadi orang kayapun di
sini, paling tidak kita sudah ada jaminan akhirati, jaminan di akherat nanti,
yang mana nasib kita nanti, jauh-jauh lebih baik daripada nasib burung wallet”
(Peresmian
Ponpes “Kun Anta al-Amin”, Desa Kayakah, Kec. Amuntai Selatan)
“Jangan sampai (kita) memandang sinis,
dan memandang hina kepada siapapun hatta kepada orang-orang yang ter dhabit melaksanakan kemaksiatan dan
kemungkaran atau terlibat melakukan dosa-dosa besar sekalipun”.
“Jangan pernah merasa diri kita aman
daripada akibat kesudahan yang buruk, aman daripada su’ul khatimah. Tidak boleh kita berperasaan seperti itu. Kenapa ?
sebab itu orang yang berperasaan akan mati dengan khusnul khatimah, akan
selamat dipenghujung kehidupannya, berarti dia terpedaya dengan perasaannya”.
“Di kalangan salafus shalehpun tidak ada
perkara yang paling mereka takuti daripada aqibatu
su’, daripada kesudahan yang buruk, daripada su’ul khatimah”.
“Kenapa kita tidak boleh memandang sinis,
kenapa tidak boleh menghinakannya, kenapa
kita tidak boleh memvonis seseorang akan masuk neraka. Karena kamu tidak
tahu kesudahan apa yang mengakhiri hidupnya, dan kesudahan yang seperti apa
yang mengakhiri hidupmu.”
“Jangan saampai kita bangkrut dari
kebajikan. Dimana ada peluang kita berbuat baik, dimana ada kesempatan untuk
mengkongsikan yang baik, menyampaikan yang baik, memasyarakatkan yang baik,
menghidupkan yang baik, kesempatan-kesempatan yang seperti itu jangan kita
sia-siakan”.
“Jika anda ingin tahu seberapa dekat
kebersamaan orang dahulu dengan al-Qur’an
maka lihatlah seberapa dekat kebersamaan handphone dengan orang zaman
sekarang”.
“Jangan
kamu ada perasaan benci terhadap orang yang beriman disebabkan ketaksuban kamu
terhadap sesuatu parti politik sehingga berani mendo’akan “wa sallit alaihim kalban min kilabik” kepada mereka.
“Rasulullah saw itu adalah pemberi
syafaat kepada kita dihari akhirat tetapi wajarkah kita meninggalkan
sunnah-sunnah baginda saw dan mengkhianati baginda saw?”
“Kalau wahabbi dan salafi jawab, tak
payah qadha, cukup dengan taubat dan istighfar. Ini salah.Macam kita pinjamduit
orang, terlalu banyak, adakah dengan taubatnasuha kepada Allah telah
menghalalkan hutang itu tadi? Maka, belum cukup dengan taubat. Taubat hanya
memohon ampun atas dosa kita masa lalai tak salat, akibat tengok bola, tengok
TV, sibuk bekerja dan sebagainya.namun, hutang wajib dibayar. 100 waktu zohor
ditinggalkan, 100 waktu juga kena qadha, tak boleh digabungkan dalam 4 rakaat
sahaja”.
“Masuk neraka kalau tujuan datang ke
masjid hanya untuk mencari masalah atau kelemahan orang lain. Mengaji harus
ikhlas karena Allah”.
“Berakhlaklah
dengan guru yang kita mengaji dengannya. Mohon restu guru, dekati dan dampingi
mereka merupakan kunci dan rahasia keberhasilan”.
“Terlalu murah kalau dengan ilmu hanya
untuk mendapat gaji lumayan. Kalau belajar hanya untuk duit akan terhenti
dengan duit, dapat duit tinggal ilmu”
“Akhlak juga harus besar sebagaimana
besarnya kitab-kitabyang kita pelajari dan beramallah, jangan sampai belajar
dikelas Tafaqquh tapi tak berminat untuk beramal”.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar