Minggu, 30 Juli 2017

SYEKH NURUDDIN MARBU



Syekh KH. Muhammad Nuruddin Marbu bin H. Marbu bin Abdullah Thayyib Hafizhahullah, lahir di Desa Harus, Amuntai, Kamis, 1 September 1960 M (bertepatan dengan 9 Rabiul Awal 1380 H).
Pendidikan dasar beliau dimulai ketikasekolah pada sebuah Madrasah Ibtidaiyah di Harus (1973) dan pada tahun 1974 sempat melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah di Ponpes Rasyidiyah Khalidiyah (Rakha) Amuntai, namun pada tahun yang sama beliau dibawa keluarganya hijrah ke Mekkah al-Mukarramah.
Ketika di Mekkah, beliau kembali melanjutkan pendidikan formalnya di MI Sawlathiyah hingga tamat MA tahun 1982 dengan predikat “Mumtaz’ (Cemerlang).
Dianatara guru-guru beliau, adalah syekh Hasan masysyath, syekh AminQuthbi,syekh Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, syekh Ismail Zein al-Yamani, syekh Said al-Lahji, syekh Muhammad Yasin al-Fadani, syekh Abdul Karim al-Banjari, syekh Muhammad Syibli al-Banjari dan lain-lain.
Selain berguru, beliau juga menjadi guru atau mengajarkan kembali apayang diperolehnya sewaktu belajar.Dia membuka majelis di Masjidil Haram dengan membahas Kitab Bidayah al-Hidayah, Qathrunnadi, Fathul Mu’in dan kitab Umdat al-Salikin.
Tahun 1983 menlanjutkan studi ke Univ. al-Azhar,Kairo pada fakultas Syari’ah (selesai 1987), kemudian mengambil S-2 di Institut Studi Islam Zamalik.
Setelah menyelesaikan studi di al-Azhar, beliau kemudian turut aktif mengajar para pelajar dari Asia (Indonesoa, Singapura, Thailand, Brunei, Malaysia) yang masih studi di  al-Azhar, dengan membuka majelis yang diberi n ama “Majelis al-Banjari Li al Tafaqquh fi al-Din”.  Sedemikian banyaknya jama’ah yang mengikuti pengajian tersebut, sehi9ngga beliau mendapat gelar atau sebutan sebagai “Azhar Tsani” )al-Azhar kedua).
Kemudian atas ajakan KH. Ahmad Fahmi Zamzam (lahir di Desaharus) ketika berkunjung ke Mesir, syekh Nuruddin Marbu menerima ajakanuntuk berdakwahdi Malaysia. Hingga tahun 1998 berpindahlah beliau ke Malaysia.
Tahun 2001, ketikaterjadi konflik politik di Malaysia, beliau memutuskan pindah sementara ke kampung halaman di Amuntai. DiAmuntai beliau diminta untuk mengisi berbagai majelis diantaranyadi MesjidRaya, di Majelis Taklim al-Ma’arif, di Ponpes Rakha, ponpes asy-stafi’iyah Alabio, ponpes Ibnu Amin Pemangkih dan lain-lain.
Sekarang beliau menetap dan mengembangkan dakwah di Bogor, Jawa Barat dan membangun sebuah lembaga pendidikan berciri agama, yang diberi nama ”Ma’had Zein al-Makki al-Ali Li-al Tafaqquh Fi al-Diin waTahfidz al-Qur’an.

Syekh Nuriddin Marbu adalah penulis kitab yang produktif, baik kitab yang asli karangan beliau sendiri (taklif/mu’alif) ataupu7n berupakitab-kitab Tahqiq, I’dad, Tahdzib wa Taqdim,Taqdim, Tartib wa taqdim. Sebagian besar kitab yang dikarangnya berbahasa arab, diantaranya:
Dalam bidang kajian fiqih, diantaranya:
-         Al-istihla’ Ara’ al ‘ulama hawla qawl al-lah ‘alaihi wa sallam : Lan Yuflih
Qawn wallaw Amruhum Imra’ah
-         Al Durar al-Bahiyah fi Idhah al-Qawa’id al fiqhiyah
-         Ma’lumat Tahammuk Hawla Asbab al Ikhtilaf Bayna al Fuqaha
-         Zubdat al Qawa’id al fiqhiyah, dll
Dalam bidang kajian tasawuf, diantaranya:
-         Al-Nafa’is al-Durar wa al-Hikam
Dalam bidang kajian hadits, diantaranya:
-         Al Ahadits al-Musalsalah
-         Ha ula ifi sabil al-Lah
-         Makanat al’Ilm wa al ulama wa adab al Thalib
-         Ha ula I lahum syafa’ah
-         Man huwa al Mahdi al Mumtadzar
-         Al Yaqin
-         Al Tamssuk bi al Kitab waal Sunnah. dll
Karangan beliau yang berupa Tahqiq atas sesuatu kitab diantaranya:
-         Al Riddah fi al Kitab wa al-Sunnah
-         Rasail Hammah wa Mabahits Qimah
-         Iqamat al-Hujjah ‘ala al-Ikhtisar fi ta’abbud Laysa bi bid’ah
-         Tahdzib al Misykat al Mashabih
-         Al Mukhtar min al Ahadits al- qudsiyyah
-         Umdat al-Salikin wa Uddat al-Nasik, dll
Kitab yang ditulis beliau dalam bahasa Indonesia Melayu, diantaranya:
-         Kedudukan orang-orang yang lemah dan miskin di sisi Allah
-         Mereka yang beradadi Jalan Allah
-         Mereka yang dibebaskan Allah dari ApiNeraka
-         Martabat Ulama. Dll.

Diantara kalam beliau:

“Allah Maha Adzhim, Allah Maha Agung, Allah Maha hebat, kalau dengan kita-kita ashi sabarataan, murtad sabarataan, sangkal sabarataan dan sebagainya, sedikitpun hal itu tidak mengurangkan keagungan dan kemuliaan Allah Subhanahu wa ta’ala. Begitu pula sebaliknya, keagungan dan kebesaran Allah, maasilah itu tidak akan berimbas pada keagungan, Kemuliaan dan Kebesaran Allah. Allah Maha Agung, Allah ada sebelum kita diciptakan, Allah hebat sebelum kita dijadikan, Allah hebat sebelum ada dunia, Wallahu ‘ala kulli syai’in qadiir. Allah berkuasa atas segala sesuatu”.

“Udzkurni sewaktu ikam sakit, udzkurni sewaktu ikam baduit, udzkurni sewaktu banyak anak, udzkurni waktu kita cepat menjadi, udzkurni sewaktu kita terjepit, udzkurni sewaktu kita ditindas, udzkurni sewaktu kamu santai, udzkurni terus, kenapa ? Supaya kelihatan potensi-potensi kebanyakkan pada diri kita, agar bisa menjadi kebanggaan, bangga karena kita menjadi anak yang bagus, yang ta’at, yang pasti bermanfaat bagi diri pribadi, untuk abah mama yang pertama, jiran tetangga yang kedua, masyarakat lingkungan yang ketiga, dan untuk bangsa yang keempat”.

“Bisnis perdagangan, apakah kira-kira dagang kain, dagang batu, dagang pasir, atau juga dengan tangkapannya iwak haruan, paisannya, lalapannya, jualannya, makanannya, gorengannya, atau apa saja yang kita perdagangkan. Kekayaan bukan daripada pertanian yang ujung-ujungnya dijual, produksi ujung-ujungnya untuk dijual, pabrik ujung-ujungnya untuk dijual, peternakan ujung-ujungnya untuk dijual. Itu hikmah dari ayat yang berbunyi : wa zarul baii’ (Qs. Al-Jumuah (62):9) pada hari jum’at, tinggalkanlah transaksi jual beli. Sebab tidak ada yang paling menyibukkan manusia selain daripada perdagangan. Apapun dan dalam bidang apa saja, dalam bidang perhubungan, dalam bidang perkantoran, dalam bidang pendidikan, dalam istilah bahasa kita: ujung-ujungnya untuk kita perjual belikan. Sehingga apabila kita terlibat dalam dunia bisnis apa saja, hendaknya hal tersebut tidak menghalangi engkau dan tetaplah terhubung dengan Allah”.

“Pada saat seseorang terhubung dengan yang Satu (Allah) maka khasyah-Nya kita dapatkan, rahamat-Nya kita dapatkan, ketentraman-Nya kita dapatkan, kebeningannya kita dapatkan dan keamanannya  juga kita dapatkan”.

“Menjadi orang shaleh itu dapat dikarenakan bergaul dengan orang-orang shaleh yang senantiasa ingat Allah, ingat kepada yang Maha Pencipta, ingat kepada yang Maha hebat dan ingat kepada Yang Maha Baik”.

“Pastikan target pengorbanan kita untuk apa? Adakah untuk dapat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam di akherat nanti? Tanpa pengorbanan, kita tak akan sampai kepada target yang kita inginkan”.

“Disebabkan sikap malas kita untuk menuntut ilmu, maka diri kita mudah ditipu orang. Makanya kita mendapat saham dosa juga tanpa disadari” (akibat ketidaktahuan kita, pen).

“Kalau kita tidak yakin, kalau kita tidak pasti, kalau tidak tahu, kalau tidak pernah menyimak, kalau tidak pernah bergaul, kalau tidak pernah duduk sekali, kalau tidak pernah bertalaqqi, (maka) sepatutnyalah kita (untuk) mendapatkan bimbingan, pengajaran, penjelasan dari mereka, pencerahan daripada mereka dan fatwa daripada mereka”.

“Sepatah kata dalam facebook (dan sejenisnya, pen), sepatah kata dalam youtube itu akan abadi mungkin sampai kepada hari kiamat tersimpan abadi di dalamnya. Kalau kita tidak berpuas hati, duduklah bertanya, tapi jangan sampai lempar batu sembunyi tangan. Kalau kita tidak tahu, maka diam itu lebih baik. Jangan sampai kita membicarakan sesuatu, yang tampak justru kebodohan diri kita sendiri”

“Bukan mukmin sejati jika tidak berbuat aksi semampu kita sebagai tanda protes”

“Bilamana kita dipilih oleh Allah Subhanahu wa ta’ala untuk hadir berjama’ah di masjid, semoga Allah Subhanahu wa ta’ala memilih kita untuk berjama’ah ke sorga kelak”

“Kita ini diolok-olok oleh burung wallet, sebab burung wallet tu ada orang azan kada mau datang, tabligh akbar kada mau datang, berjamaah kada mau datang, suruh ke masjid kada mau datang. Jadi kalau kita sama dengan burung wallet : pesantrennya hidup tapi jamahnya kada hidup, pesantren hidup tapi ceramah agamanya kada hidup, (lalu) apa bedanya nasib kita dengan burung wallet”.

“Kita tidak perlu pening, kada perlu pusing, kada perlu risau, kalau sampai dunia tidak maju, sebab meskipun kita tidak turut memikirkan dunia, maka ada dalam beberapa orang yang akan memikirkan untuk semua kepentingannya, teknologinya, persenjataannya, pengobatannya, komunikasinya, transportasinya, tetapi kalau dengan agama kita, kalau tidak kita yang memikirkan, kalau tidak kita yang menggerakkan, kalau bukan kita yang mengamalkan, siapa lagi ?”

“Apakah ada dalam ceritanya bahwa semulia-mulianya makhluk adalah burung wallet ? Kadada ! yang ada itu, Allah berfirman : “Kuntum khaira ummatin” (kamu merupakan sebaik-baik ummat yang diutus Allah). Jadi mudah-mudahan kedepan, Kayakah (Desa Kayakah, pen), bukan hanya burung wallet yang kaya, tetapi juga dengan penduduk yang kaya dengan iman dan yakin, kaya ibadahnya, kaya dengan wilayahnya, kaya dengan pemikirannya, kaya dengan kebaikannya, kaya dengan keberkahannya, kaya dengan taufik dan hidayahnya. Harapannya, kalau kita tidak menjadi orang kayapun di sini, paling tidak kita sudah ada jaminan akhirati, jaminan di akherat nanti, yang mana nasib kita nanti, jauh-jauh lebih baik daripada nasib burung wallet” (Peresmian Ponpes “Kun Anta al-Amin”, Desa Kayakah, Kec. Amuntai Selatan)

“Jangan sampai (kita) memandang sinis, dan memandang hina kepada siapapun  hatta kepada orang-orang yang ter dhabit melaksanakan kemaksiatan dan kemungkaran atau terlibat melakukan dosa-dosa besar sekalipun”.

“Jangan pernah merasa diri kita aman daripada akibat kesudahan yang buruk, aman daripada su’ul khatimah. Tidak boleh kita berperasaan seperti itu. Kenapa ? sebab itu orang yang berperasaan akan mati dengan khusnul khatimah, akan selamat dipenghujung kehidupannya, berarti dia terpedaya dengan perasaannya”.

“Di kalangan salafus shalehpun tidak ada perkara yang paling mereka takuti daripada aqibatu su’, daripada kesudahan yang buruk, daripada su’ul khatimah”.

“Kenapa kita tidak boleh memandang sinis, kenapa tidak boleh menghinakannya, kenapa  kita tidak boleh memvonis seseorang akan masuk neraka. Karena kamu tidak tahu kesudahan apa yang mengakhiri hidupnya, dan kesudahan yang seperti apa yang mengakhiri hidupmu.”

“Jangan saampai kita bangkrut dari kebajikan. Dimana ada peluang kita berbuat baik, dimana ada kesempatan untuk mengkongsikan yang baik, menyampaikan yang baik, memasyarakatkan yang baik, menghidupkan yang baik, kesempatan-kesempatan yang seperti itu jangan kita sia-siakan”.

“Jika anda ingin tahu seberapa dekat kebersamaan orang dahulu dengan al-Qur’an  maka lihatlah seberapa dekat kebersamaan handphone dengan orang zaman sekarang”.

 “Jangan kamu ada perasaan benci terhadap orang yang beriman disebabkan ketaksuban kamu terhadap sesuatu parti politik sehingga berani mendo’akan “wa sallit alaihim kalban min kilabik” kepada mereka.

“Rasulullah saw itu adalah pemberi syafaat kepada kita dihari akhirat tetapi wajarkah kita meninggalkan sunnah-sunnah baginda saw dan mengkhianati baginda saw?”

“Kalau wahabbi dan salafi jawab, tak payah qadha, cukup dengan taubat dan istighfar. Ini salah.Macam kita pinjamduit orang, terlalu banyak, adakah dengan taubatnasuha kepada Allah telah menghalalkan hutang itu tadi? Maka, belum cukup dengan taubat. Taubat hanya memohon ampun atas dosa kita masa lalai tak salat, akibat tengok bola, tengok TV, sibuk bekerja dan sebagainya.namun, hutang wajib dibayar. 100 waktu zohor ditinggalkan, 100 waktu juga kena qadha, tak boleh digabungkan dalam 4 rakaat sahaja”.

“Masuk neraka kalau tujuan datang ke masjid hanya untuk mencari masalah atau kelemahan orang lain. Mengaji harus ikhlas karena Allah”.

 “Berakhlaklah dengan guru yang kita mengaji dengannya. Mohon restu guru, dekati dan dampingi mereka merupakan kunci dan rahasia keberhasilan”.

“Terlalu murah kalau dengan ilmu hanya untuk mendapat gaji lumayan. Kalau belajar hanya untuk duit akan terhenti dengan duit, dapat duit tinggal ilmu”

“Akhlak juga harus besar sebagaimana besarnya kitab-kitabyang kita pelajari dan beramallah, jangan sampai belajar dikelas Tafaqquh tapi tak berminat untuk beramal”.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar