Kamis, 27 Juli 2017

KH. ABDUL BARI

KH. Abdul Bari, lahir di Alabio, Selasa, 14 Januari 1958 M (bertepatan dengan 22 Jumadil Akhir 1377 H). Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren “Asy-Syafi’iyah” Sungai Pandan, Alabio Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Beliau juga menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan dan Fatwa pada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kab. HSU serta mengisi pengajian rutin di Majelis Ta’lim  al-Ma’arif  Amuntai dengan kitab “Irsyadul ‘Ibad” sebagai bahan kajian, dan Majelis taklim “Inayatut Thalibin  Sungai Sandung. Juga dirumah beliau sendiri pengajian dilaksanakan sebanyak 6 kali dalam seminggu.

Dalam keorganisasian, beliau aktif di NU  sebagai Wakil Rais Syuriyah NU Cabang Alabio periode 2009-2014. Dan sebagai Ketua Dewan Pengurus Cabang Ikatan Pesantren Indonesia (IPI) Kabupaten Hulu Sungai Utara, periode 2020 – 2025.


Diantara kalam beliau:

“Pekerjaan orang nang suka mengadu domba itu lebih memberi mudharat daripada pekerjaan syaithan. Alasannya kenapa? Karena syaithan itu hanya membisikkan was-was dihati saja, sedangkan gawian tukang adu domba iti wani bahadap-hadapan”.

“Kalau cinta dengan Allah (maka) cinta dengan orang yang dicintai-Nya. (seperti) cinta lawan bini (maksudnya bini (istri) terdahulu mati) lalu babini pulang, mun bujur cinta lawan bini taumpat cinta lawan anaknya. Jadi cinta kepada Allah, taumpat mencintai orang yang dikasihi-Nya, (seperti) yaitu para Nabi, para Rasul, para sahabat, para auliya, para ulama, para syuhada, para shalihin. Do’anya bermacam-macam, seperti Radhiyallahu’ anhu, ‘alahissalam, qaddashallahu sirrahu, rahimahullahu ta’ala, dan lain-lain”

“Menghina-hina yang sunnah. Disebutkan di dalam kitab karangan Datu Kalampayan (Syekh Arsyad al-Banjari, pen). Jika ada orang managur paraannya (seumpamanya) : “Mai ikam ba kuku panjang, jaka di potong. Ikam tahulah mamotong kuku tu sunnah Rasulullah”. Sakalinya nang ditagur baucap : “Aku sing sunnah, cakada ah”. (maka yang demikian termasuk) “Murtad”. Mahamaknya ngituh (yang menyebabkan seseorang bisa jadi murtad).

“Jadi kadang-kadang kita tu babuat kada baik kadang-kadang dosanya bisa baganal (lebih besar) lantaran mulianya orang nang kita jahati. Contoh,kalau sesama pada kita badusta haram tetapi belum tergolong dosa besar, tetapi kalau (ajaran) Rasulullah didustakan (termasuk) dosa besar, karena mulianya orang yang didustai”

“Aku termasuk orang nang kada senang kalau do’anya tu banyaring-nyaring membaca “amiiin” nya, lebih (nyaring) dari yang membaca do’a. nang banyaring-nyaring ngini hati kalian sudah”.

“Ziarah kubur tu paling kada mempunyai 3 tujuan. Pertama, balas jasa kita atas yang telah mati. Contohnya, seperti (menziarahi) kubur ibu bapa, kubur paguruan. Tu balas jasa. Kedua, (untuk) mengambil berkat, seperti (menziarahi) kubur para anbiya, para auliya, parasyuhada, para ulama, nah itu ambil berkat. Ketika, (untuk) ingat akhirat.”

Orang wali tu lazatnya baibadah, jaka kawa subuh tu kadada siang hulu. Ada kita bukan kelezatan tapi kepanatan

Kada kawa mamagat pandir, orang tuntung dah azan, La ilaha ilallah, kada kawa mamagat pander, kada naik balum. Parak dah orang qamat, La ilaha ilallah, hanyar naik. Luruslah ka akhirat ? Tapagat  dah  sumbahyang rawatib, kada tagawi karena kada naik, kararamian pander kada kawa mamagat. Ini sekedar contoh bahwa banyak bergaul tidak lurus jalannya ke akhirat”

“Syari’at terpenting yang paling dianjurkan dalam agama Islam adalah membaca al-Qur’an dan shalat berjama’ah”

“Syetan adalah musuh yang nyata bagi manusia, bukan syetannya yang nyata (dapat dilihat) tetapi permusuhannya itulah yang nyata adanya”.


 “Ketinggalan shalat berjama’ah termasuk kedalam musibah agama”

“Mun (seandainya) musibah dunia menimpa kita dan kita sabar menerimanya maka kita akan mendapat pahala, tetapi mun musibah agama menimpa kita, maka bisa berbahaya”.

Nangapa-apa hajakah baapik tu kada salah (berhati-hati dalam hal apa saja itu tidak salah)

"Sebagian besar dari ajaran yang sesat, disebabkan bisa kitabnya yang salah atau yang mengajarkannya tidak mampu (bukan ahlinya)".

“Keadaan manusia dalam kubur itu ada 3 macam, yang pertama hidup nikmat bertambah nikmat, yaitu para anbiya, wali-wali Allah, para ulama dan orang-orang shaleh. Kedua, sakit yang berangsur sembuh, tersiksa kemudian diringankan karena adanya kiriman do’a dan amalan dari orang-orang terkemudian. Ibarat orang sakit, jika diobati atau disuntik, ibaratnya sehari 1 % saja sembuh, maka dalam 100 hari akan sembuh. Ketiga, mendapat azab yang semakin dahsyat, yaitu orang-orang yang kejahatannya diikuti oleh orang-orang sesudahnya”

“Amalan seseorang untuk orang yang sudah meninggal  akan sampai, dengan tiga kriteria. Pertama,  amalan tersebut diniatkan  untuk yang bersangkutan. Kedua, jika tidak sempat diniatkan, maka dengan mengirimkan do’a. Ketiga, datang langsung (ziarah) ke kubur yang bersangkutan. Insya Allah sampai”.

“Pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam hijrah adalah berpindah tempat dari Mekkah ke Madinah. (Adapun) pada zaman sekarang, hijrah adalah perpindahan (seseorang) dari perbuatan jahat ke baik, maksiat ke taat, malas ke rajin, kikir ke dermawan, dan dari perbuatan dosa kepada pahala”.

“Bila kita hendak baik, jangan jahat sangka pada Allah. Khusnudzan (itu) do’anya makbul. Jangan disangka ditolak. (Karena) Ujar Tuhan : ‘Aku bagaimana sangka hambaku’. Manyangka kaya apa inya handak. Berarti, (bila) menyangka kada baik, kada kabul tu inya, karena inya (telah) menyangka jahat pada Allah”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar