KH.
Abdul Bari, lahir di Alabio, Selasa, 14
Januari 1958 M (bertepatan dengan 22 Jumadil Akhir 1377 H). Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren “Asy-Syafi’iyah” Sungai Pandan, Alabio Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Beliau
juga menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan dan Fatwa pada Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Kab. HSU serta mengisi pengajian rutin di Majelis
Ta’lim “al-Ma’arif” Amuntai dengan kitab “Irsyadul ‘Ibad” sebagai bahan kajian, dan Majelis taklim “Inayatut
Thalibin” Sungai Sandung. Juga
dirumah beliau sendiri pengajian dilaksanakan sebanyak 6 kali dalam seminggu.
Dalam keorganisasian, beliau aktif di NU
sebagai Wakil Rais Syuriyah NU Cabang Alabio periode 2009-2014. Dan
sebagai Ketua Dewan Pengurus Cabang Ikatan Pesantren Indonesia (IPI) Kabupaten
Hulu Sungai Utara, periode 2020 – 2025.
Diantara kalam beliau:
“Pekerjaan orang nang suka mengadu domba itu lebih memberi mudharat
daripada pekerjaan syaithan. Alasannya kenapa? Karena syaithan itu hanya
membisikkan was-was dihati saja, sedangkan gawian tukang adu domba iti wani
bahadap-hadapan”.
“Kalau cinta dengan Allah (maka) cinta dengan orang yang dicintai-Nya.
(seperti) cinta lawan bini (maksudnya bini (istri) terdahulu mati) lalu babini
pulang, mun bujur cinta lawan bini taumpat cinta lawan anaknya. Jadi cinta
kepada Allah, taumpat mencintai orang yang dikasihi-Nya, (seperti) yaitu para Nabi,
para Rasul, para sahabat, para auliya, para ulama, para syuhada, para shalihin.
Do’anya bermacam-macam, seperti Radhiyallahu’ anhu, ‘alahissalam, qaddashallahu
sirrahu, rahimahullahu ta’ala, dan lain-lain”
“Menghina-hina yang sunnah. Disebutkan di dalam kitab karangan Datu
Kalampayan (Syekh Arsyad al-Banjari, pen). Jika ada orang managur paraannya (seumpamanya)
: “Mai ikam ba kuku panjang, jaka di potong. Ikam tahulah mamotong kuku tu
sunnah Rasulullah”. Sakalinya nang ditagur baucap : “Aku sing sunnah,
cakada ah”. (maka yang demikian termasuk) “Murtad”. Mahapaknya ngituh (yang
menyebabkan seseorang bisa jadi murtad).
“Jadi kadang-kadang kita tu babuat kada baik kadang-kadang dosanya
bisa baganal (lebih besar) lantaran mulianya orang nang kita jahati.
Contoh,kalau sesama pada kita badusta haram tetapi belum tergolong dosa
besar, tetapi kalau (ajaran) Rasulullah didustakan (termasuk) dosa besar,
karena mulianya orang yang didustai”
“Aku termasuk orang nang kada senang kalau do’anya tu banyaring-nyaring
membaca “amiiin” nya, lebih (nyaring) dari yang membaca do’a. nang
banyaring-nyaring ngini hatinya kelain sudah”.
“Ziarah kubur tu paling kada mempunyai 3 tujuan. Pertama, balas
jasa kita atas yang telah mati. Contohnya, seperti (menziarahi) kubur ibu bapa,
kubur paguruan. Tu balas jasa. Kedua, (untuk) mengambil berkat, seperti
(menziarahi) kubur para anbiya, para auliya, parasyuhada, para ulama, nah itu
ambil berkat. Ketika, (untuk) ingat akhirat.”
“Orang wali tu lazatnya baibadah, jaka kawa subuh tu kadada siang
hulu. Ada kita bukan kelezatan tapi kepanatan”
“Kada kawa mamagat pandir, orang tuntung dah azan, La ilaha ilallah,
kada kawa mamagat pander, kada naik balum. Parak dah orang qamat, La ilaha
ilallah, hanyar naik. Luruslah ka akhirat ? Tapagat dah
sumbahyang rawatib, kada tagawi karena kada naik, kararamian pander kada
kawa mamagat. Ini sekedar contoh bahwa banyak bergaul tidak lurus jalannya
ke akhirat”
“Syari’at
terpenting yang paling dianjurkan dalam agama Islam adalah membaca al-Qur’an dan
shalat berjama’ah”
“Syetan adalah musuh yang nyata bagi manusia, bukan syetannya yang nyata
(dapat dilihat) tetapi permusuhannya itulah yang nyata adanya”.
“Ketinggalan shalat berjama’ah
termasuk kedalam musibah agama”
“Mun (seandainya) musibah dunia menimpa kita dan kita sabar menerimanya
maka kita akan mendapat pahala, tetapi mun musibah agama menimpa kita, maka
bisa berbahaya”.
“Nangapa-apa hajakah baapik tu kada salah
(berhati-hati dalam hal apa saja itu tidak salah)”
"Sebagian
besar dari ajaran yang sesat, disebabkan bisa kitabnya yang salah atau yang
mengajarkannya tidak mampu (bukan ahlinya)".
“Keadaan
manusia dalam kubur itu ada 3 macam, yang pertama hidup nikmat bertambah
nikmat, yaitu para anbiya, wali-wali Allah, para ulama dan orang-orang shaleh.
Kedua, sakit yang berangsur sembuh, tersiksa kemudian diringankan karena
adanya kiriman do’a dan amalan dari orang-orang terkemudian. Ibarat orang
sakit, jika diobati atau disuntik, ibaratnya sehari 1 % saja sembuh, maka dalam
100 hari akan sembuh. Ketiga, mendapat azab yang semakin dahsyat, yaitu
orang-orang yang kejahatannya diikuti oleh orang-orang sesudahnya”
“Amalan
seseorang untuk orang yang sudah meninggal
akan sampai, dengan tiga kriteria. Pertama, amalan tersebut diniatkan untuk yang bersangkutan. Kedua, jika
tidak sempat diniatkan, maka dengan mengirimkan do’a. Ketiga, datang
langsung (ziarah) ke kubur yang bersangkutan. Insya Allah sampai”.
“Pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam hijrah adalah berpindah
tempat dari Mekkah ke Madinah. (Adapun) pada zaman sekarang, hijrah adalah
perpindahan (seseorang) dari perbuatan jahat ke baik, maksiat ke taat, malas ke
rajin, kikir ke dermawan, dan dari perbuatan dosa kepada pahala”.
“Bila kita hendak baik, jangan jahat sangka pada Allah. Khusnudzan (itu)
do’anya makbul. Jangan disangka ditolak. (Karena) Ujar Tuhan : ‘Aku bagaimana
sangka hambaku’. Manyangka kaya apa inya handak. Berarti, (bila)
menyangka kada baik, kada kabul tu inya, karena inya (telah) menyangka jahat
pada Allah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar