Minggu, 23 Juli 2017

KH. ABDUSSAMAD SULAIMAN,Lc


KH. Abdussamad Sulaiman, Lc lahir di Alabio, Amuntai, Rabu, 5 Mei 1954 M (bertepatan dengan 2 Ramadhan  1373 H). Beliau menuntut ilmu di mekkah selama 13 tahun. Mendapat gelar Lc di Universitas “al-Azhar”, Kairo Mesir. Pada tahun 1989 mulai aktif menjadi pengajar dan penceramah. Kitab yang beliau pelajari adalah Kutub al-Sittah.

Sejak tahun 1991 beliau aktif menjadi pendidik di Pondok Pesantren “Al-Falah” Banjarbaru, dengan mengajarkan materi Ushul hadits. Beliau juga menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi, diantaranya di Universitas Islam Negeri (UIN) “Antasari” Banjarmasin, dan di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Jami mengampu mata kuliah Fiqih Kontemporer.

Jabatan yang pernah beliau pegang antara lain menjadi  Ketua Bidang Fatwa  Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalsel, dan wakil Syuriah PWNU Kalsel.

 

Diantara kalam beliau:

“Jangan berpikir berat lebih dulu sebelum menjalankannya”

“Amalan yang tidak pernah diragukan amalannya itu adalah al-Qur’an”

“Banyak amalan yang bisa dilakukan sebagai ummat muslim agar diberikan kemudahan dan istiqamah dalam menjalankan ibadah. Untuk menuju istiqamah haruslah benar-benar taat kepada sang pencipta, Allah Subhanahu wqa ta’ala. Terutama dalam hidup ini adalah dengan terus mengingat Allah dengan selalu mengucapkan istighfar, itu cara meminta ampun setiap saat kepada Allah. Karena dalam hidup ini kita tidak luput dari dosa, baik disengaja maupun tidak disengaja”.

“Bolehkah shalat sehabis shalat ashar ? sedangkan antara shalat ashar dengan shalat maghrib waktu itu kada boleh sembahyang, tetapi lantaran ada sebab maka itu boleh. Apa sebabnya, (yaitu) masuk ke masjid. (jadi) ketika masuk ke masjid sebelum maghrib, semestinya tidak boleh sembahyang, (tetapi) boleh sembahyang tahiyyat masjid karena ada sebab masuk masjid. (missal) kita masuk ke langgar boleh shalat tahiyyatul masjid sebelum maghrib karena alasannya adalah kita masuk masjid.”

“Di zaman Rasulullah, koruptur itu tidak ada. Namun, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam menekankan supaya amal ibadahnya diterima dan do’anya diterima. Syarat pertama, makanannya harus bersumber dari penghasilan yang halal. Kalau anak istri diberi nafkah yang haram, do’a dan ibadahnya tidak akan diterima. Termasuk korupsi itu, jangan harap do’anya dimakbul, apalagi mendo’akan untuk masuk sorga”.

“Nabi Muhammad Saw adalah nabi yang selalu memperhatikan nasib umatnya sampai ke akhir hayatnya. Kepedulian tersebut tergambar pada hadis-hadis nabi tentang umat islam di padang Mahsyar, melewati shiratal mustaqim dan berakhir di sorga. Nabi Muhammad Saw menyatakan bahwa semua umatnya masuk sorga, seperti sabdanya: “Semua umtku masuk sorga, kecuali orang yang tidak bersedia.” Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah yang tidak bersedia masuk sorga? Nabi menjawab: orang yang taat kepada apa-apa yang aku perintahkan dan menjauhi apa-apa yang aku larang akan masuk sorga, sebaliknya orang yang meninggalkan apa yang diperintahkan dan melanggar apa-apa yang dilarang, mereka inilah yang tidak bersedia masuk sorga” (HR. Bukhari). Kepedulian Nabi kita terhadap umat Islam, bukan saja pada masalah akhirat, tetapi juga masalah dunia. Hal ini dapat kita lihat pada hadits-hadis yang mengajarkan agar umat Islam berdoa, memohon kepada Allah Swt, agar terhindar dari bala bencana, bersifat pengecut, pemalas, beban utang yang tidak terpikul dan sebagainya”.

“Cara mudah  untuk  memupuk keimanan, yakni dengan menghadiri majelis taklim, sehingga pikiran dan hati kita menjadi tercerahkan. Di samping itu, rajin-rajinlah ke masjid dan membaca al-Qur’an”.

“Membagi-bagikan buah pertama dengan harapan tahun depan berbuah tambah lebat, itu namanya  tafaul. Tidak menutup kemungkinan itu terkabul berkat do’a orang yang diberi”

“Mengajarkan al-qur’an merupakan pendidikan pertama yang harus diberikan pada anak, baru tauhid, fiqih, ditambah ilmu-ilmu sesuai tuntutan zaman”

“Ujar Nabi, kalau kamu berada di luar daerah atau area yang terkena tha’un (wabah), maka kamu jangan masuk, tetapi sebaliknya, kalau kamu berada didalam area atau lokasi tha’un, maka kamu jangan keluar. Karena jika kamu keluar akan menularkan wabah thaun itu kepada orang lain yang diluar tadi. Jadi ini petunjuk Nabi. Jika melihat keadaan sekarang ada daerah yang titutup mati (luckdown) dari kota ke kota tidak boleh. Ini sama dengan petunjuk Nabi. Karenanya, kita harus berdiam dirumah dengan sabar karena adanya tha’un tersebut. Dan kalau kamu berdiam dirumah kebetulan kamu meninggal dunia, atau sebaliknya kamu selamat tapi dengan syarat kamu sabar dengan berdiam di rumah tadi, (maka) jika meninggal kamu akan mendapatkan pahala seperti orang mati syahid, dan kalau kamu selamat tinggal dirumah dengan sabar, itu kamu juga akan mendapatkan pahala seperti orang mati syahid. Jadi justru orang Islam dizaman wabah sekarang ini, disuruh tinggal dirumah senyum-senyum saja. Kenapa ? karena hal itu akan mendapat pahala seperti orang mat syahid”.

“Kenapa penyakit-penyakit lain ada obatnya ? Kenapa corona koq tidak ada obatnya ? Memang corona tidak ada obatnya. Kenapa tidak ada? Karena corona ini wabah, bala Tuhan yang diturunkan Tuhan kepada ummat manusia, agar ummat manusia itu sadar atas kemaksiatan-kemaksiatan yang mereka lakukan, agar mereka bertaubat. Jadi tidak mungkin ada obatnya coorona ini, karena ini bala dari Tuhan agar ummat manusia sadar atas kesalahan-kesalahan mereka. Lalu bagaimana caranya agar tha’un corona ini lenyap dari permukaan bumi ? Itu adalah dengan pertama, mendekatkan diri kepada Tuhan, kedua, berdo’a.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar