Minggu, 23 Juli 2017

KH. AHMAD ZUHDIANNOOR (GURU ZUHDI)



KH. Ahmad Zuhdiannoor atau Guru Zuhdi, lahir di Alabio, Kamis, 10 Februari 1972   (bertepatan dengan 24 Zulhijjah 1391 H). Beliau adalah anak dari KH. Muhammad (pimpinan Ponpes Al-Falah (1986-1993) setelah KH.Muhammad Tsani (1976-1986).
Pernah menimba ilmu di pesantren al-Falah Banjarbaru, namun karena lebih sering sakit, beliau dididik oleh sang kakek  KH. Asli di Alabio. Setelah kakek beliau wafat, beliau kembali ke Banjarbaru dan kemudian mengaji ilmu dengan KH. Abdul Syukur di Teluk Tiram.
Guru Zuhdi mengisi banyak majelis taklim diantaranya, Majelis taklim di komplek Pondok Indah Banjarmasin, di rumah kediaman pribadi jalan samping Mesjid jami’ Sungai Jingah, di Masjid Sabilah Muhtadin dan di masjid Sungai Jingah Banjarmasin.
Telah berpulang ke rahmatullah pada hari sabtu pagi, 2 Mei 2020 M (bertepatan dengan 9 Ramadhan 1441 H) di Rumah Sakit Medistra Jakarta, dan dimakamkan di Banjarmasin.


Diantara kalam beliau:

“Apabila Allah ingin mendekatkan hamba kepada-Nya, maka ada cirinya yaitu berteman kepada orang shaleh. Apabila seseorang mahabbah cinta kepada orang shaleh maka diharamkan api neraka menjilat badannya. Seperti kita ziarah kepada makam wali dan cinta kepada wali itu, apabila kita tanamkan cionta kepada wali dan orang shaleh, maka kalau tidak kita, maka anak kita atau cucu kita yang akan jadi wali ataupun orang shaleh”.

Banyaki (perbanyak) sangka baik ja lawan orang. Belajar husnudzan aja. Karena orang yang husnudzan alamat inya (pertanda dia) meninggal husnul khatimah”

“Orang yang dihatinya masih menyangka buruk akan orang lain, sekalipun orang itu benar melakukan kesalahan, maka orang yang dihatinya masih ada sangka buruk tadi (berarti, pen) hatinya masih kotor. Orang yang selalu sangka baik kepada semua orang meskipun orang yang ia sangka baik tadi berbuat kesalahan, maka orang yang selalu sangka baik tadi (menandakan, pen) hatinya bersih. Ia akan mendapatkan husnul khatimah dan Allah akan memberi kelebihan kepada dirinya”.

“Orang yang bergelar al ‘arif billah, syarat utamanya adalah selalu sangka baik kepada Allah dan kepada semua makhluk dan merasa diri paling hina dari semua makhluk”.

“Kemuliaan yang kita miliki adalah kebaikan Allah dan inilah keelokan Allah (Sitruhu jamal) yang menutupi aib kita”

“Tanpa guru kita tidak ada apa-apa, malajari tauhid ada gurunya, malajari fiqih ada gurunya, malajari tasawuf ada gurunya, dan walau guru itu berupa shalawat yang selalu kita ucapkan”

“Kenapa para wali banyak yang dalam keadaan terjepit dengan bala? Karena Allah sayang dan memberi rasa kepada para wali untuk selalu berpingkut dan memanggil Allah. Apabila kita selalu dapat baala dan dalam keadaan terjepit maka (tanda) Allah hendak memberi rasa kepada kita untuk rasa selalu berpegang, berpingkut kepada Allah”

“Beda dengan orang makrifat dengan orang awam. Orang makrifat malunya kepada Allah, orang awam malunya kepada makhluk. Tujuan orang awam menyembunyuikan maksiat agar tidak ketahuan makhluk karena akan hilanglah martabatnya dipandangan makhluk tapi tidak malu kepada Allah”

Futuh (akan) terbuka saat kita merasa hina, rendah dan banayak dosa dan kekurangan. Seperti orang yang banayak berdosa pada saat orang itu bertaubat maka orang itu akan selalu merasa hina, rendah diri, tawadhu sehingga rahmat Allah turun kepada orang itu karena orang itu selalu merasa rendah diri, hina dan tawadhu akibat dulu melakukan dosa-dosa”

“Barangsiapa yang bersalaman dengan ulama sama dengan bersalaman kepada Rasulullah. Barangsiapa yang memandang ulama sama dengan memandang Rasulullah. Hal ini dikarenakan sanadnya guru/ ulama tersebut sampai kepada Rasulullah, baik ijazah sanad dari guru mereka yang bersambung kepada Rasulullah atau langsung ijazah sanad dari Rasulullah”

“Dengan rutin berdzikir Laa illaha illallah, mudahan pandangan kita semua hanya tertuju pada satu kisah dan satu cerita saja, yaitu kisahdan ceritanya Allah Subhanahu wa ta’ala”

“(Terdapat) dalam kitab Ta’lim al muta’allim (bahwa) seorang ayah yang cinta kepada ulama, padahal dia bukanlah ulama, atau seorang ayah yang cinta kepada orang shaleh, padahal ia bukan orang shaleh. Allah berjanji (bahwa nanti) dari sulbinya itu akan keluar orang yang shaleh, karena cintanya terhadap ulama. “lamun sorang ni kada kawa alim, dzurriyat barang kaena alim

“Jalan kita menuju kebenaran adalah (melalui) ulama”

“Untuk beribadah harus belajar dan menuntut ilmu yang sesuai terlebih dahulu kepada ahlinya. Dalam hal menuntut ilmu agama itu dua saja, yaitu pertama kitabnya dan kedua gurunya”.

“Jalan  awal  kita untuk menuju Allah ialah dengan memandang kekurangan diri”

“Wajar Allah Subhanahu wa ta’ala menyuruh hamba-Nya untuk berbakti kepada ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam karena dirinya (Nabi SAW, pen) sangat mencintai ummatnya”

“Pandangan yang paling sempurna adalah pandangan yang selalu mencari hikmah di balik musibah yang dia terima”

Ayam ja amun dikukur ampunnya datang manyasah, kita dikukur Allah (melalui adzan, pen) sawat kada mandatangi, bongul pada ayam”.

“Didalam ibadat ada mutaba’ah (mengikut Rasulullah), didalam mutaba’ah ada ma’rifat (mengenal Allah) dan mahabbah”.

“Dalam darah habib itu mengalir dari darah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam. Muliakanlah habaib dan minta do’akanlah kepada mereka. Jangan pandang kelakuan mereka. Pun jikalau kelakuan mereka salah, jangan diikuti dan jangan dibela. Akan tetapi tetap muliakanlah mereka”

“Pekerjaan kebaikan apapun yang kita gawi (kerjakan) jangan karena nafsu, jangan karena dunia dan jangan karena makhluk. jadilah kita mengerjakan semua kebaikan hanya semata-mata karena Allah Swt agar kita benar-benar menjadi hamba-Nya Allah.”

“Sukses itu bukan pada banyak harta, tingginya pangkat, naik jabatan, tetapi sukses itu adalah ia mampu bersyukur dalam hal keadaan apapun,dan ia menikmati sorga nanti di akherat”.

“Ketika seseorang itu diberi nikmat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala inya (dia) biasa-biasa haja wan kada pernah maanggap ini ampun inya (kepunyaannya), dan jika diberi bala, miskin lawan banyak masalah, inya kada papa wan kada sakit hati manarimanya, maka inilah ciri orang nang paling sugih (kaya) secara hakiki yang ada dikehidupan ini”

“Hidup jangan minta puji. Kita tidak punya apa-apa. Hidup ini satu saja tujuan, mencari ridha Allah. Kalau Allah ridha, nyaman hidup. Biar orang lain menghina, selama yang kita kerjakan baik, maka bersabar saja. Kalau dilawan, nanti panjang urusan, bisa sampai bakalahian”.

“Orang yang mengurangi makan minum (yang) halal itu meninggalakan adat, orang yang meninggalakan adat akan diberi (sesuatu) yang luar biasa yaitu kasyaf”.

“Bila kita memandang akan diri maka pandanglah kekurangan kita, pandanglah dosa-dosa kita. Dan saat kita melakukan kebaikan, memandang kebaikan pada diri maka pandanglah ini Fadlun Minallah, itu semua anugerah Allah”.

“Ahli maksiat yang selama hidupnya selalu berbuat maksiat, jika dia bertaubat maka dia dimuliakan Allah dan do’anya cepat qabul. Kita tidak tahu kapan ahli maksiat itu bertaubat, maka dari itu kita jangan sekali-kali menghina bahkan menjelek-jelekkan ahli maksiat, siapa tahu sebelum dia meninggal dia bertaubat kepada Allah dan dosa-dosanya diampuni oleh Allah”.

“Minta do’akan itu bukan kepada para ulama dan habaib saja, akan tetapi meminta do’akan kepada ahli maksiatpun juga bisa, karena kita tidak tahu sewaktu-waktu ahli maksiat itu jika dia bertaubat maka do’anya cepat maqbul”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar