KH. Ahmad Zuhdiannoor atau Guru Zuhdi, lahir di Alabio, Kamis, 10 Februari
1972 (bertepatan dengan 24 Zulhijjah
1391 H). Beliau adalah
anak dari KH. Muhammad (pimpinan Ponpes Al-Falah (1986-1993) setelah
KH.Muhammad Tsani (1976-1986).
Pernah menimba ilmu
di pesantren al-Falah Banjarbaru, namun karena lebih sering sakit, beliau
dididik oleh sang kakek KH. Asli di
Alabio. Setelah kakek beliau wafat, beliau kembali ke Banjarbaru dan kemudian
mengaji ilmu dengan KH. Abdul Syukur di Teluk Tiram.
Guru Zuhdi
mengisi banyak majelis taklim diantaranya, Majelis taklim di komplek Pondok
Indah Banjarmasin, di rumah kediaman pribadi jalan samping Mesjid jami’ Sungai
Jingah, di Masjid Sabilah Muhtadin dan di masjid Sungai Jingah Banjarmasin.
Telah berpulang ke rahmatullah pada hari sabtu pagi, 2 Mei 2020 M
(bertepatan dengan 9 Ramadhan 1441 H) di Rumah Sakit Medistra Jakarta, dan
dimakamkan di Banjarmasin.
Diantara kalam beliau:
“Apabila Allah
ingin mendekatkan hamba kepada-Nya, maka ada cirinya yaitu berteman kepada
orang shaleh. Apabila seseorang mahabbah cinta kepada orang shaleh maka
diharamkan api neraka menjilat badannya. Seperti kita ziarah kepada makam wali
dan cinta kepada wali itu, apabila kita tanamkan cionta kepada wali dan orang
shaleh, maka kalau tidak kita, maka anak kita atau cucu kita yang akan jadi
wali ataupun orang shaleh”.
“Banyaki (perbanyak) sangka baik ja lawan orang. Belajar husnudzan
aja. Karena orang yang husnudzan alamat inya (pertanda dia) meninggal
husnul khatimah”
“Orang yang dihatinya masih menyangka buruk akan orang lain, sekalipun
orang itu benar melakukan kesalahan, maka orang yang dihatinya masih ada sangka
buruk tadi (berarti, pen) hatinya masih kotor. Orang yang selalu sangka baik kepada semua orang
meskipun orang yang ia sangka baik tadi berbuat kesalahan, maka orang yang
selalu sangka baik tadi (menandakan, pen) hatinya bersih. Ia akan mendapatkan husnul khatimah dan
Allah akan memberi kelebihan kepada dirinya”.
“Orang yang bergelar al ‘arif billah, syarat utamanya adalah selalu sangka
baik kepada Allah dan kepada semua makhluk dan merasa diri paling hina dari
semua makhluk”.
“Kemuliaan yang
kita miliki adalah kebaikan Allah dan inilah keelokan Allah (Sitruhu jamal)
yang menutupi aib kita”
“Tanpa guru
kita tidak ada apa-apa, malajari tauhid ada gurunya, malajari fiqih ada
gurunya, malajari tasawuf ada gurunya, dan walau guru itu berupa shalawat yang
selalu kita ucapkan”
“Kenapa para
wali banyak yang dalam keadaan terjepit dengan bala? Karena Allah sayang dan
memberi rasa kepada para wali untuk selalu berpingkut dan memanggil Allah.
Apabila kita selalu dapat baala dan dalam keadaan terjepit maka (tanda) Allah
hendak memberi rasa kepada kita untuk rasa selalu berpegang, berpingkut kepada
Allah”
“Beda dengan
orang makrifat dengan orang awam. Orang makrifat malunya kepada Allah, orang
awam malunya kepada makhluk. Tujuan orang awam menyembunyuikan maksiat agar
tidak ketahuan makhluk karena akan hilanglah martabatnya dipandangan makhluk
tapi tidak malu kepada Allah”
“Futuh
(akan) terbuka saat kita merasa hina, rendah dan banayak dosa dan kekurangan.
Seperti orang yang banayak berdosa pada saat orang itu bertaubat maka orang itu
akan selalu merasa hina, rendah diri, tawadhu sehingga rahmat Allah turun
kepada orang itu karena orang itu selalu merasa rendah diri, hina dan tawadhu
akibat dulu melakukan dosa-dosa”
“Barangsiapa
yang bersalaman dengan ulama sama dengan bersalaman kepada Rasulullah.
Barangsiapa yang memandang ulama sama dengan memandang Rasulullah. Hal ini
dikarenakan sanadnya guru/ ulama tersebut sampai kepada Rasulullah, baik ijazah
sanad dari guru mereka yang bersambung kepada Rasulullah atau langsung ijazah
sanad dari Rasulullah”
“Dengan rutin berdzikir Laa illaha illallah, mudahan pandangan kita semua
hanya tertuju pada satu kisah dan satu cerita saja, yaitu kisahdan ceritanya
Allah Subhanahu wa ta’ala”
“(Terdapat) dalam kitab Ta’lim al muta’allim (bahwa) seorang ayah
yang cinta kepada ulama, padahal dia bukanlah ulama, atau seorang ayah yang
cinta kepada orang shaleh, padahal ia bukan orang shaleh. Allah berjanji (bahwa
nanti) dari sulbinya itu akan keluar orang yang shaleh, karena cintanya
terhadap ulama. “lamun sorang ni kada kawa alim, dzurriyat barang kaena alim”
“Jalan kita menuju kebenaran adalah (melalui) ulama”
“Untuk
beribadah harus belajar dan menuntut ilmu yang sesuai terlebih dahulu kepada ahlinya.
Dalam hal menuntut ilmu agama itu dua saja, yaitu pertama kitabnya dan kedua
gurunya”.
“Jalan awal kita untuk menuju Allah ialah dengan memandang
kekurangan diri”
“Wajar Allah
Subhanahu wa ta’ala menyuruh hamba-Nya untuk berbakti kepada ajaran Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasalam karena dirinya (Nabi SAW, pen) sangat mencintai
ummatnya”
“Pandangan yang
paling sempurna adalah pandangan yang selalu mencari hikmah di balik musibah
yang dia terima”
“Ayam ja
amun dikukur ampunnya datang manyasah, kita dikukur Allah (melalui
adzan, pen) sawat kada mandatangi, bongul pada ayam”.
“Didalam ibadat
ada mutaba’ah (mengikut Rasulullah),
didalam mutaba’ah ada ma’rifat
(mengenal Allah) dan mahabbah”.
“Dalam darah
habib itu mengalir dari darah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam.
Muliakanlah habaib dan minta do’akanlah kepada mereka. Jangan pandang kelakuan
mereka. Pun jikalau kelakuan mereka salah, jangan diikuti dan jangan dibela.
Akan tetapi tetap muliakanlah mereka”
“Pekerjaan kebaikan apapun yang kita gawi (kerjakan) jangan karena
nafsu, jangan karena dunia dan jangan karena makhluk. jadilah kita mengerjakan
semua kebaikan hanya semata-mata karena Allah Swt agar kita benar-benar menjadi
hamba-Nya Allah.”
“Sukses itu bukan pada banyak harta, tingginya pangkat, naik jabatan,
tetapi sukses itu adalah ia mampu bersyukur dalam hal keadaan apapun,dan ia
menikmati sorga nanti di akherat”.
“Ketika seseorang itu diberi nikmat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala inya (dia)
biasa-biasa haja wan kada pernah maanggap ini ampun inya (kepunyaannya),
dan jika diberi bala, miskin lawan banyak masalah, inya kada papa wan kada
sakit hati manarimanya, maka inilah ciri orang nang paling sugih (kaya) secara
hakiki yang ada dikehidupan ini”
“Hidup jangan
minta puji. Kita tidak punya apa-apa. Hidup ini satu saja tujuan, mencari ridha
Allah. Kalau Allah ridha, nyaman hidup. Biar orang lain menghina, selama yang
kita kerjakan baik, maka bersabar saja. Kalau dilawan, nanti panjang urusan,
bisa sampai bakalahian”.
“Orang yang
mengurangi makan minum (yang) halal itu meninggalakan adat, orang yang
meninggalakan adat akan diberi (sesuatu) yang luar biasa yaitu kasyaf”.
“Bila kita
memandang akan diri maka pandanglah kekurangan kita, pandanglah dosa-dosa kita.
Dan saat kita melakukan kebaikan, memandang kebaikan pada diri maka pandanglah
ini Fadlun Minallah, itu semua anugerah Allah”.
“Ahli maksiat yang selama hidupnya selalu berbuat maksiat, jika dia
bertaubat maka dia dimuliakan Allah dan do’anya cepat qabul. Kita tidak tahu
kapan ahli maksiat itu bertaubat, maka dari itu kita jangan sekali-kali
menghina bahkan menjelek-jelekkan ahli maksiat, siapa tahu sebelum dia
meninggal dia bertaubat kepada Allah dan dosa-dosanya diampuni oleh Allah”.
“Minta do’akan itu bukan kepada para ulama dan habaib saja, akan tetapi
meminta do’akan kepada ahli maksiatpun juga bisa, karena kita tidak tahu
sewaktu-waktu ahli maksiat itu jika dia bertaubat maka do’anya cepat maqbul”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar