Sabtu, 29 Juli 2017

Prof.Dr. KH. ARTANI HASBI



        

Prof. Dr. KH. Artani Hasbi lahir di Babirik, Amuntai, Rabu, 17 Juli 1946 M (bertepatan dengan 17 Sya'ban 1365 H). Pendidikan formal dimulai dari SRN di Babirik (1959), PGAP 4 tahun di Amuntai (1963) dan PGAA 6 Tahun di Amuntai (1965). Kemudian beliau menempuh pendidikan pada Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari di Amuntai (1969) sedangkan Sarjana lengkapnya diperoleh pada Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya (1974). Beliau kemudian melanjutkan lagi ke Dirasat al Ul;ya Univ. Al-Azhar, Kairo Mesir (1976-1977). Selanjutnya menempuh program doctoral (S-3) di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1999).
 

Dalam bidang pendidikan, beliau memulai karir sebagai Guru PGAN 6 Tahun Rasyidiyah Khalidiyah (Rakha) di Amuntai (1965-1966), kemudian menjadi dosen di Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya (sejak 1979) hingga menjadi Dekan Fakultas Ushuluddin (1994-1997).
Beliau juga menjadi Dosen Pasca Sarjana pada IAIN Sunan Ampel Surabaya dan Dosen Luar Biasa Pasca Sarjana pada IAIN Antasari Banjarmasin.  Juga menejadi dosen pada beberapa perguruan tinggi, seperti Unair Surabaya, Universitas Sunan Giri, Universitas darul Ulum Jombang dan sebagainya.
Dalam bidang keorganisasian beliau aktif diantaranya sebagai Sekretaris HIQMI (Himpunan Qari Mahasiswa Indonesia) periode 1967-1969, Sekretaris I PMII Amuntai (1968-1969).
KH. Artani Hasbi adalah seorang ulama yang cendekia. Beliau pernah menjadi Staf Redaksi Buletin Mahasiswa- HUT PPI Mesir (1976) dan Direktur LSM el-Kahfi (Lembaga Kajian Agama, Hukum dan Filsafat) Surabaya 1999.
Pada periode tahun 2001-2006 beliau diangkat menjadi Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Kalimantan Selatan. Kemudian pada periode 2005-2009 beliau juga dipercaya menjadi Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) Jakarta. Demikian juga pada periode 2010 – 2015 terpilih kembali menduduki sebagai Rais Syuriah pada Pengurus Harian Dewan Syuriah PBNU.
Sebagai ulama yang cendekia, banyak buku/kitab yang beliau tulis, diantaranya : “Petunjuk Praktis Mendekatkan diri kepada Allah” (Bina Ilmu Surabaya, 1985), “Falsafah Tasawuf (Putra Nuantara Surabaya, 1990), “Citra Pribadi Muslim” (Ukhuwah Press, Sidoarjo, 1995), dll.

Diantara kalam beliau:

“Allah Subhanahu wa ta’ala cinta pada seseorang yang mencintai Dia, Allah Subhanahu wa ta’ala rindu pada seseorang yang merindui-Nya, Allah Subhanahu wa ta’ala selalu ingat kepada seseorang yang selalu mengingat-Nya, Allah subhanahu wa ta’ala selalu menerima kedatangan seseorang yang menghadap-Nya”.

“Kebebasan berkehendak (free will) bukanlah kebebasan untuk berbuat sesuatu yang tidak dikehendaki Tuhan, tetapi kebebasan untuk memilih antara apa yang disukai dan apa yang tidak disukai Tuhan”

“Ketika Allah berkehendak  menciptakan manusia, diikat dengan janji bahwa Dia adalah satu-satunya yang disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Konsekuensinya manusia tidak boleh tunduk selain kepada-Nya dan menyalahi aturan dan kaidahyang diatur-Nya”.

“Pihak orientalis barat memang sejak dulu tidak mau melihat ummat islam dunia ini bersatu, karena mereka khawatir kalau ummat Islam solid dan kompak akan bisa menjadi kekuatan besar yang sulit untuk ditandingi”.

“Kalau setiap individu muslim mau menggali dan mengamalkan kitab sucinya ini dalam kehidupan, maka akan ditemukan kedamaian yang mampu menjawab segala tantangan hidup”.

“Problem yang paling dahsyat saat ini bukanlah problem itu sendiri, melainkan ketika masyarakat kita bertindak berdasarkan logika kemaren, yaitu bersandar pada mitos-mitos yang tidak dapat dipertanggung jawabkan secara aqidah”.

“Tradisi Lembaga Pendidikan dalam Islam sejak awal sudah bersifat “Tauhidiy” tidak mendikotomikan antara unsur dunia dan akhirat, antara ilmu-ilmu dunia dan ilmu-ilmu akhirat. Semua ilmu itu bermuara pada satu tujuan, yaitu untuk mengenal (ma’rifah) kepada Allah dan selalu mencintai ibadah kepada-Nya”.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar