Prof. Dr. KH. Artani Hasbi lahir di Babirik, Amuntai, Rabu, 17 Juli 1946 M (bertepatan dengan 17 Sya'ban 1365 H). Pendidikan formal dimulai dari SRN di Babirik (1959), PGAP 4 tahun di Amuntai (1963) dan PGAA 6 Tahun di Amuntai (1965). Kemudian beliau menempuh pendidikan pada Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari di Amuntai (1969) sedangkan Sarjana lengkapnya diperoleh pada Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya (1974). Beliau kemudian melanjutkan lagi ke Dirasat al Ul;ya Univ. Al-Azhar, Kairo Mesir (1976-1977). Selanjutnya menempuh program doctoral (S-3) di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1999).
Diantara kalam beliau:
“Allah Subhanahu wa ta’ala cinta pada seseorang yang mencintai Dia, Allah Subhanahu wa ta’ala rindu pada seseorang yang merindui-Nya, Allah Subhanahu wa ta’ala selalu ingat kepada seseorang yang selalu mengingat-Nya, Allah subhanahu wa ta’ala selalu menerima kedatangan seseorang yang menghadap-Nya”.
“Kebebasan berkehendak (free will) bukanlah kebebasan untuk berbuat sesuatu yang tidak dikehendaki Tuhan, tetapi kebebasan untuk memilih antara apa yang disukai dan apa yang tidak disukai Tuhan”
“Ketika Allah berkehendak menciptakan manusia, diikat dengan janji bahwa Dia adalah satu-satunya yang disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Konsekuensinya manusia tidak boleh tunduk selain kepada-Nya dan menyalahi aturan dan kaidahyang diatur-Nya”.
“Pihak orientalis barat memang sejak dulu tidak mau melihat ummat islam dunia ini bersatu, karena mereka khawatir kalau ummat Islam solid dan kompak akan bisa menjadi kekuatan besar yang sulit untuk ditandingi”.
“Kalau setiap individu muslim mau menggali dan mengamalkan kitab sucinya ini dalam kehidupan, maka akan ditemukan kedamaian yang mampu menjawab segala tantangan hidup”.
“Problem yang paling dahsyat saat ini bukanlah problem itu sendiri, melainkan ketika masyarakat kita bertindak berdasarkan logika kemaren, yaitu bersandar pada mitos-mitos yang tidak dapat dipertanggung jawabkan secara aqidah”.
“Tradisi Lembaga Pendidikan dalam Islam sejak awal sudah bersifat “Tauhidiy” tidak mendikotomikan antara unsur dunia dan akhirat, antara ilmu-ilmu dunia dan ilmu-ilmu akhirat. Semua ilmu itu bermuara pada satu tujuan, yaitu untuk mengenal (ma’rifah) kepada Allah dan selalu mencintai ibadah kepada-Nya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar