KH. Drs.Thabrani Basri lahir di Amuntai tahun 1938 M (1357 H). Beliau adalah
alumni IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Aktifitas dakwah adalah sebagai khatib
dan juga memberikan ceramah pada berbagai majelis taklim. Beliau mengisi
pengajian pada setiap malam selasa di
Mesjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin, dengan kitab Irsyadul ‘Ibad, juga
membuka pengajian di jalan manggis, Banjarmasin dengan materi tauhid dan fiqih.
Disamping berdakwah, beliau juga menjadi dosen di Universitas
Lambung Mangkurat (Unlam) dari tahun 1965. Pernah menjadi Ketua Tanfidziyah PW
NU Propinsi Kalsel (1997-2002), Ketua Komisi Dakwah MUI Kalsel, Ketua Badan
Pengelola Mesjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin (2008-2013).
Beliau termasuk penumpang yang selamat dalam kecelakaan pesawat
DC-8 milik Islandia yang disewa Garuda untuk mengangkut pulang Jama’ah Haji
asal Kalsel, pesawat yang jatuh di wilayah Colombo tahun 1978 tersebut, dari
249 penumpang hanya 76 orang yang selamat dan luka-luka,
sisanya sebanyak 175 jama’ah gugur sebagai Syuhada Haji.
Diantara kalam
beliau:
“Mesjid adalah milik ummat dengan sendirinya aktivitas masjid harus
mengacu untuk kepentingan umat dan dinikmati ummat. Masjid harus dapat
menyinari kehidupan”.
“Soal bertentangan atau tidaknya dengan Islam, itu kembali kepada
keyakinan. Jika imej itu hanya sebatas tradisi yang tidak sampai merubah aqidah
memang tidak ada larangan. Tapi kalau meyakini bulan safar sebagai bulan panas
dan mendatangkan bencana atau malapetaka itu sudah bertentangan dengan Islam”.
“Perubahan harus dimulai dari atas, filosofinya seperti orang
membersihkan ruangan, maka dimulai dari langit-langit.Beda dengan membangun,
dimulai dari bawah”.
“Setiap menghadapi
musibah harus selalu pasrah
pada Allah. Demikian pula dalam keadaan biasa, di kehidupan
sehari-hari. Bila pasrah kepada Allah, Insya Allah akan selalu dimudahkan dan
dicarikan jalan keluar”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar