Jumat, 21 Juli 2017

KH. MUHAMMAD HARDI



KH. Muhammad Hardi, lahir di Kota Raden, Amuntai, Sabtu, 10 November 1945 M (bertepatan dengan 10 Zulhijjah 1364 H). Beliau mengisi pengajian dibeberapa majelis taklim, diantaranya Majelis taklim “Baitul Kiram” Kota Raden Hulu.


Diantara kalam beliau:

“Umur sudah 70-an,taklif 60 tahun. Seandainya 1 hari 1 buah dosa saja yang kita perbuat, berarti 21.600 dosa telah kita lakukan. Seandainya lebih dari 1 dosa setiap hari, jadi berapa. Andai tidak diampuni, bagaimana?”

“Rumah yang kadap haja kita lampui (gelap saja kita beri lampu), lalu bagaimana dengan kubur yang kadap, maka meneranginya adalah dengan singgah ke dalam taman-taman sorga (yaitu mesjid dan majelis taklim)”.

“Sebagaimana cermin, kita berhias agar terlihat lebih cantik; demikian pula puasa ramadhan adalah sarana kita untuk bercermin, melihat dan memperbaiki diri, sudahkah kita berprilaku taqwa”.

“Kalau kita didunia, selagi muda kita berusaha mengumpul harta untuk masa tua. Iyalah. Banyak duit hidup kada cariwit. Banyak uang napa haja kada tahalang. Namun aneh tapi nyata, kalau sudah takijim mata, innalillah, tinggal semuanya kada dibawa. Lalu apa bawaan untuk sangu dapat, dihari pembalasan hari akhirat ?  Jawabnya : Wattaqullah, ta’atilah perintah Allah. Karena amal-amal kebaikan kita (itulah) yang akan memberikan santunan, keindahan, kenyamanan, kebahagiaan diakherat nanti kalau sudah ditimbang amalnya”

“Kebaikan yang telah kita kerjakan masih akan diperhitungkan, masih dihisab, bujurkah kadakah. Contoh, kalau kita sembahyang. Sembahyang itu kan perintah pengabdian kita kepada Allah, maka ada 3 macam rukun dalam sembahyang yaitu ada bagian qauliyah, ada bagian fi’liyah dan ada bagian qalbiyah. Ini dihisab. Ada dibidang ucapan, ada dibidang kelakuan ibadah, ada dibidang hati. Proses pelaksanaannya pembacaan sembahyang wajib belajar bukan hanya mandangar ilmunya, seperti kaya apa caranya membaca al-Fatihah, harakatnya kaya apa, mun dadangaran haja, lalu salah baca, (maka) kada manfaat sembahyangnya, (karena) bacaannya luput (maka) kada diterima. Ini hanya dari segi ucapan”.

“Gawian napa nang paling nyaman, pikiran tenang, hati lapang, rezeki datang, penyakit hilang, pahala dibari, dan dosa diampuni ? Siapa nang kada handak. Subhanallah, yaitu duduknya seseorang di dalam majelis. Duduk ja mandangarakan, bagawi kada, tanang hidup kadada tapi nang dipikirakan. Jar nabi, “Nang datang ka majelis setelapak (langkah kali) nya, diganjar setahun ibadah”. Mai banyaknya, jaka dilihatakan pahalanya, kada muat wadah.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar