KH. Muhammad Hardi,
lahir di Kota Raden, Amuntai, Sabtu, 10 November 1945 M (bertepatan dengan 10 Zulhijjah 1364 H). Beliau mengisi pengajian
dibeberapa majelis taklim, diantaranya Majelis taklim “Baitul Kiram” Kota Raden Hulu.
Diantara kalam beliau:
“Umur sudah 70-an,taklif
60 tahun. Seandainya 1 hari 1 buah dosa saja yang kita perbuat, berarti 21.600
dosa telah kita lakukan. Seandainya lebih dari 1 dosa setiap hari, jadi berapa.
Andai tidak diampuni, bagaimana?”
“Rumah yang kadap haja kita lampui (gelap saja kita
beri lampu), lalu bagaimana dengan kubur yang kadap, maka meneranginya adalah
dengan singgah ke dalam taman-taman sorga (yaitu mesjid dan majelis taklim)”.
“Sebagaimana cermin, kita berhias agar
terlihat lebih cantik; demikian pula puasa ramadhan adalah sarana kita untuk
bercermin, melihat dan memperbaiki diri, sudahkah kita berprilaku taqwa”.
“Kalau kita didunia, selagi muda kita
berusaha mengumpul harta untuk masa tua. Iyalah. Banyak duit hidup kada
cariwit. Banyak uang napa haja kada tahalang. Namun aneh tapi nyata,
kalau sudah takijim mata, innalillah, tinggal semuanya kada dibawa. Lalu
apa bawaan untuk sangu dapat, dihari pembalasan hari akhirat ? Jawabnya : Wattaqullah, ta’atilah
perintah Allah. Karena amal-amal kebaikan kita (itulah) yang akan memberikan
santunan, keindahan, kenyamanan, kebahagiaan diakherat nanti kalau sudah
ditimbang amalnya”
“Kebaikan yang telah kita kerjakan masih
akan diperhitungkan, masih dihisab, bujurkah kadakah. Contoh, kalau kita sembahyang.
Sembahyang itu kan perintah pengabdian kita kepada Allah, maka ada 3 macam
rukun dalam sembahyang yaitu ada bagian qauliyah, ada bagian fi’liyah
dan ada bagian qalbiyah. Ini dihisab. Ada dibidang ucapan, ada dibidang
kelakuan ibadah, ada dibidang hati. Proses pelaksanaannya pembacaan sembahyang
wajib belajar bukan hanya mandangar ilmunya, seperti kaya apa caranya membaca
al-Fatihah, harakatnya kaya apa, mun dadangaran haja, lalu salah baca,
(maka) kada manfaat sembahyangnya, (karena) bacaannya luput (maka) kada
diterima. Ini hanya dari segi ucapan”.
“Gawian napa nang paling nyaman, pikiran
tenang, hati lapang, rezeki datang, penyakit hilang, pahala dibari, dan dosa
diampuni ? Siapa nang kada handak. Subhanallah, yaitu duduknya seseorang di
dalam majelis. Duduk ja mandangarakan, bagawi kada, tanang hidup kadada tapi
nang dipikirakan. Jar nabi, “Nang datang ka majelis setelapak (langkah kali)
nya, diganjar setahun ibadah”. Mai banyaknya, jaka dilihatakan pahalanya,
kada muat wadah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar